Tidak lama lagi pesta demokrasi lima tahunan atau
Pemilukada Banyumas akan segera dilaksanan. KPUD Banyumas selaku penanggung
jawab Pemilukada 2013 telah menyusun jadwal kegiatan yang telah
disosialisasikan lewat berbagai media baik pertemuan maupun melalui media massa
dan elektronik. Sesuai dengan jadwal, KPU dibawah komando Aan Rohaeni telah menetapkan tanggal 27 Februari 2013
sebagai hari pelaksanaan Pemulikada untuk memilih Bupati dan Wakil Bupati Banyumas
periode 2013-2018.
Suasana politik Banyumas pada saat ini mulai hangat
dengan munculnya bakal calon bupati dan wakil bupati dengan ditandai pemasangan
gambar Cabup dan Cawabup yang bertebaran di pinggir-pinggir jalan atau tempat
strategis lainnya yang dilakukan oleh Calon Bupati dan Wakil bupati yang ikut
seleksi lewat partai politik (parpol) maupun lewat jalur Independen. Suasana
semarak menjadi jawaban terhadap kritik masyarakat Banyumas karena hampir enam
bulan menjelang Pemilukada terasa sepi tidak seperti Pemilukada langsung ke 1
tahun 2008, setahun menjelang berlangsungnya Pemilukada tensi politik begitu
tinggi karena masing masing calon sudah memulai kegiatan sosialisasi dengan
persiapan waktu yang lebih panjang jika dibandingkan sekarang.
Pemilukada Banyumas
2013 akan menjadi ujian bagi Pemda, KPU, Panwas, Parpol, Calon
Bup/Wabup, LSM., masyarakat dan seluruh yang terlibat dalam perhelatan itu. Apakah
Pemilukada akan berjalan dengan jujur, adil, langsung, umum, bebas dan rahasia
serta lancar, tertib dan aman tanpa ada hambatan dalam penyelanggaran maupun
prosesnya. Dan sejauh mana para Calon
Bupati / Wakil Bupati dan Tim Suksesnya mampu menampilkan pertarungan yang
cerdas, komunikatif dan bermartabat.
Menjadi mubadzir dan tidak punya makna apabila semua yang terlibat dalam pesta
demokrasi di Banyumas tidak menjunjung
tinggi aturan main dan bersikap dewasa dalam menerima hasil akhir yang tidak
sesuai dengan harapan yang dinginkannya.
Pemilukada DKI
dapat dijadikan pelajaran berharga bagi Banyumas dalam penyelenggaran
Pemilukada 2013. Meski diwarnai banyak
kekurangan mulai dari DPT, sikap Panwas, Isu SARA dalam kampanye, Pemilukada
DKI juga disuguhi sikap sportif yang
dilakukan calon Gubernur Incumbent Fauzi Bowo (Foke) dengan mengucapakan
selamat kepada pesaingnya Jokowi, yang
menjadi pengumpul suara terbanyak dalam hitungan cepat (Quick Quont) yang
dilakukan berbagai lembaga survey maupun media massa dan elektronik, meskipun
KPUD DKI belum melakukan rapat penghitungan suara.
Sungguh sikap terpuji dan
langka yang dilakukan Bang Foke dalam
percaturan politik di Indonesia karena dalam
beberapa ajang Pilpres 2004 dan
2009 maupun Pilkada-pilkada yang di
gelar di tanah air belum pernah ada sikap seperti itu. Sikap simpatik Bang Foke
menjadi inspirasi bagi siapapun kelak andai mengalami kekalahan mereka dapat mengikuti
sikapnya. Saling serang antara Foke-Nara
dan Jokowi Ahok dalam sebuah pertarungan
adalah hal biasa melalui adu program, walau sempat memanas karena dibumbui
kampanye SARA seperti hilang dalam kedamaian
dan persahabatan. Kemenangan
sesungguhnya adalah milik rakyat Jakarta karena berhasil membangun nilai
nilai universal demokrasi di daerahnya.
Jokowi dan Ahok adalah figur yang tak diperhitungkan karena harus bersaing dengan nama nama besar
seperti Hidayat Nurwahid, Alex Nurdin, Faisal
Basri, Fauzi Bowo, dan hanya didukung oleh PDIP dan Gerindra yang bukan
mayoritas pemegang suara di Parlemen maupun dari hasil pemilu 2009. Apa
sesungguhnya yang menjadi penentu di balik kemenangan Jokowi- Ahok dalam
Pemilukada DKI 2013 barang kali menjadi renungan mendalam bagi Calon Bupati dan
Wakil Bupati Banyumas yang akan ikut
berkompetisi baik lewat Parpol maupun jalur Independen perlu memperhatikan
beberapa hal.
Pertama : Seorang calon Bupati/Wakil Bupati sedini mungkin untuk melakukan sosialisasi ke
masyarakat dengan cara blusukan masuk dari pintu kepintu rumah warga atau melakukan pertemuan di tempat umum
dengan melakukan komunikasi yang tidak menggurui apalagi merendahkan bahkan
menjanjikan sesuatu yang tidak tepat suasananya. Komunikasi Politik sangat
penting karena menjadi tolok ukur masyarakat terhadap kandidat yang akan
dipilihnya adalah merakyat dan kebijakan yang pro rakyat. Membangun basis
dukungan adalah sangat penting dengan
melakukan pemetaan masalah dan kebutuhan agar Calon Bupati/Wabup dapat diterima oleh seluruh komponen
masyarakat Banyumas. Kondisi Geografis dan Demografis Kabupaten Banyumas akan membutuhkan energy yang begitu banyak
dan memerlukan sebuah Tim Sukses yang cerdas, solid , bertenaga dan tahan
banting.
Ciri
manusia Banyumas adalah cablaka atau apa adanya, pesan ini dapat dimaknai bahwa
seorang Calon Bupati dan Wakil Bupati harus tampil apa adanya baik tutur kata,
sikap dan perbuatan dalam merebut simpai hati rakyatnya. Figur Cabup dan wabup sangat menentukan tinggi
rendahnya popularitas, akseptabilitas dan elektabilitas dengan citra diri yang bersih, berprestasi, dan amanah dalam
term Banyumasan adalah wong sing grapyak lan semanak. Basis dukungan akan
mengalir dengan sendirinya dengan giat menemui komunitas masyarakat Banyumas yang
sebagian berada di pedesaan dan bergelut dalam bidang pertanian
Kedua : Partai Politik penting akan tetapi tidak
menjadi jaminan akan memenangkan Pemilukada manakala keputusan Parpol
adalah keputusan pengurus yang dipenuhi
kepentingan-kepentingan pribadi dengan atas nama Partai tanpa melihat suara
yang sebbenarnya dari konstituennya. Koalisi Parpol juga menjadi mubadzir
karena koalisi dibangun atas dasar
nafsu. kekuasaan, ambisi, dan transaksi kekuasaan tanpa melihat
kepentingan rakyatnya. Koalisi Besar yang mengusung Foke dan Nara gagal dalam
meyakinkan pemilih karena terlena dengan statistik dan percaya diri berlebihan
(over confident) terhadap kekuatan yang dimilikinya.
Ketiga
: Lembaga Survey harus independen tidak ditunggangi oleh calon Bup/Wabup atau
Tim Sukses atau kepentingan lainnya. Hukuman telah diberikan oleh pemilih DKI dengan
menjungkirbalikan semua hasil Survey yang dilakukan jauh sebelum Pemilukada
putaran ke 1 yang menepatkan Foke-Nara di posisi teratas ternyata hasil Putaran
pertama justru Jokowi-Ahok berada di pole position.
Keempat : Tim Sukses atau Tim Kampanye untuk tidak
melakukan kampanye hitam (black campaigne) dengan Isu SARA yang akan berakibat
fatal dan merugikan bagi Calon Bupati
dan Wakil Bupati yang didukungnya. Kisah
SBY tahun 2004 dan Jokowi-Ahok yang dipresentasikan orang teraniaya, menjadi
kekasih masyarakat kita yang tidak senang tindakan yang menyakiti orang lain
Kelima : KPUD Banyumas sedini mungkin harus
menyelsaikan persoalan DPT agar tidak menjadi polemik dan sengketa dalam
masyarakat dan Tim Sukses. Begitu pula Panwasda sebagai wasit harus menegakkan
aturan dan memberikan ketegasan ketika ada pihak pihak yang jelas-jelas
melanggar aturan harus mmebunyikan peluitnya tidak berpihak kepada yang salah.
Keenam : Sikap Calon Bupati/Wakil Bupati Banyumas
siapapun calonnya ketika kelak ikut dalam pertarungan Pemilukada Banyumas 2013
alangkah elegannya meniru langkah yang dlakukan Bang Foke dengan mengucapakan
selamat kepada Jokowi bisa melalui media massa, media elektronik. Begitu pula
halnya yang menang harus meniru langkah jokowi untuk tidak melakukan pawai, hurahura, pesta pora atau
kegiatan yang bersifat foya-foya karena kemenangan sesungguhnya adalah
kemenangan bersama yang menghormati pihak yang kalah.
Mudah-mudahan
Pilkada Banyumas 2013 akan berjalan sesuai harapan dan cita-cita bersama masyarakat
Banyumas dengan sukses serta menghasilkan Bupati/Wakil Bupati 2013-2018 yang
mampu membawa perubahan dan kemajuan
diberbagai bidang pembangunan menuju Banyumas yang maju, adil dan sejahtera.
Mulyono Harsosuwito Putra Ketua Institut Studi Pedesaan dan Kawasan
Tulisan ini dimuat di Satelit Post Purwokerto tanggal 07 Oktober 2012
0 comments:
Post a Comment