Artikel Terbaru

Saturday, October 15, 2016

PEMILUKADA DKI MENJADI TELADAN BAGI BANYUMAS Oleh : Mulyono Harsosuwito Putra

Tidak lama lagi pesta demokrasi lima tahunan atau Pemilukada Banyumas akan segera dilaksanan. KPUD Banyumas selaku penanggung jawab Pemilukada 2013 telah menyusun jadwal kegiatan yang telah disosialisasikan lewat berbagai media baik pertemuan maupun melalui media massa dan elektronik. Sesuai dengan jadwal, KPU dibawah komando Aan Rohaeni  telah menetapkan tanggal 27 Februari 2013 sebagai hari pelaksanaan  Pemulikada  untuk memilih Bupati dan Wakil Bupati Banyumas periode 2013-2018.

Suasana politik Banyumas pada saat ini mulai hangat dengan munculnya bakal calon bupati dan wakil bupati dengan ditandai pemasangan gambar Cabup dan Cawabup yang bertebaran di pinggir-pinggir jalan atau tempat strategis lainnya yang dilakukan oleh Calon Bupati dan Wakil bupati yang ikut seleksi lewat partai politik (parpol) maupun lewat jalur Independen. Suasana semarak menjadi jawaban terhadap kritik masyarakat Banyumas karena hampir enam bulan menjelang Pemilukada terasa sepi tidak seperti Pemilukada langsung ke 1 tahun 2008, setahun menjelang berlangsungnya Pemilukada tensi politik begitu tinggi karena masing masing calon sudah memulai kegiatan sosialisasi dengan persiapan waktu yang lebih panjang jika dibandingkan sekarang.

Pemilukada Banyumas  2013 akan menjadi ujian bagi Pemda, KPU, Panwas, Parpol, Calon Bup/Wabup, LSM., masyarakat dan seluruh yang terlibat dalam perhelatan itu. Apakah Pemilukada akan berjalan dengan jujur, adil, langsung, umum, bebas dan rahasia serta lancar, tertib dan aman tanpa ada hambatan dalam penyelanggaran maupun prosesnya.  Dan sejauh mana para Calon Bupati / Wakil Bupati dan Tim Suksesnya mampu menampilkan pertarungan yang cerdas, komunikatif  dan bermartabat. Menjadi mubadzir dan tidak punya makna apabila semua yang terlibat dalam pesta demokrasi di Banyumas  tidak menjunjung tinggi aturan main dan bersikap dewasa dalam menerima hasil akhir yang tidak sesuai dengan harapan yang dinginkannya.

Pemilukada DKI  dapat dijadikan pelajaran berharga bagi Banyumas dalam penyelenggaran Pemilukada 2013.  Meski diwarnai banyak kekurangan mulai dari DPT, sikap Panwas, Isu SARA dalam kampanye, Pemilukada DKI juga disuguhi sikap sportif  yang dilakukan calon Gubernur Incumbent Fauzi Bowo (Foke) dengan mengucapakan selamat kepada  pesaingnya Jokowi, yang menjadi pengumpul suara terbanyak dalam hitungan cepat (Quick Quont) yang dilakukan berbagai lembaga survey maupun media massa dan elektronik, meskipun KPUD DKI belum melakukan rapat penghitungan suara. 

Sungguh sikap terpuji dan langka yang dilakukan Bang Foke  dalam percaturan politik di Indonesia  karena dalam beberapa ajang Pilpres  2004 dan 2009  maupun Pilkada-pilkada yang di gelar di tanah air belum pernah ada sikap seperti itu. Sikap simpatik Bang Foke menjadi inspirasi bagi siapapun kelak andai mengalami kekalahan mereka dapat mengikuti sikapnya.  Saling serang antara Foke-Nara dan Jokowi Ahok dalam  sebuah pertarungan adalah hal biasa melalui adu program, walau sempat memanas karena dibumbui kampanye SARA  seperti hilang dalam kedamaian dan persahabatan. Kemenangan  sesungguhnya adalah milik rakyat Jakarta karena berhasil membangun nilai nilai universal demokrasi  di daerahnya.

Jokowi dan Ahok adalah figur  yang tak diperhitungkan  karena harus bersaing dengan nama nama besar seperti Hidayat Nurwahid, Alex  Nurdin, Faisal Basri, Fauzi Bowo, dan hanya didukung oleh PDIP dan Gerindra yang bukan mayoritas pemegang suara di Parlemen maupun dari hasil pemilu 2009. Apa sesungguhnya yang menjadi penentu di balik kemenangan Jokowi- Ahok dalam Pemilukada DKI 2013 barang kali menjadi renungan mendalam bagi Calon Bupati dan Wakil Bupati Banyumas  yang akan ikut berkompetisi baik lewat Parpol maupun jalur Independen perlu memperhatikan beberapa hal.

Pertama : Seorang calon Bupati/Wakil Bupati  sedini mungkin untuk melakukan sosialisasi ke masyarakat dengan cara blusukan masuk dari pintu kepintu rumah  warga atau melakukan pertemuan di tempat umum dengan melakukan komunikasi yang tidak menggurui apalagi merendahkan bahkan menjanjikan sesuatu yang tidak tepat suasananya. Komunikasi Politik sangat penting karena menjadi tolok ukur masyarakat terhadap kandidat yang akan dipilihnya adalah merakyat dan kebijakan yang pro rakyat. Membangun basis dukungan  adalah sangat penting dengan melakukan pemetaan masalah dan kebutuhan agar Calon Bupati/Wabup  dapat diterima oleh seluruh komponen masyarakat Banyumas. Kondisi Geografis dan Demografis Kabupaten Banyumas  akan membutuhkan energy yang begitu banyak dan memerlukan sebuah Tim Sukses yang cerdas, solid , bertenaga dan tahan banting.

Ciri manusia Banyumas adalah cablaka atau apa adanya, pesan ini dapat dimaknai bahwa seorang Calon Bupati dan Wakil Bupati harus tampil apa adanya baik tutur kata, sikap dan perbuatan dalam merebut simpai hati rakyatnya.  Figur Cabup dan wabup sangat menentukan tinggi rendahnya popularitas, akseptabilitas dan elektabilitas dengan citra diri  yang bersih, berprestasi, dan amanah dalam term Banyumasan adalah wong sing grapyak lan semanak. Basis dukungan akan mengalir dengan sendirinya  dengan giat  menemui komunitas masyarakat Banyumas yang sebagian berada di pedesaan dan bergelut dalam bidang pertanian

Kedua : Partai Politik penting akan tetapi tidak menjadi jaminan akan memenangkan Pemilukada manakala keputusan Parpol adalah  keputusan pengurus yang dipenuhi kepentingan-kepentingan pribadi dengan atas nama Partai tanpa melihat suara yang sebbenarnya dari konstituennya. Koalisi Parpol juga menjadi mubadzir karena koalisi dibangun atas dasar  nafsu. kekuasaan, ambisi, dan transaksi kekuasaan tanpa melihat kepentingan rakyatnya. Koalisi Besar yang mengusung Foke dan Nara gagal dalam meyakinkan pemilih karena terlena dengan statistik dan percaya diri berlebihan (over confident) terhadap kekuatan yang dimilikinya.

Ketiga : Lembaga Survey harus independen tidak ditunggangi oleh calon Bup/Wabup atau Tim Sukses atau kepentingan lainnya. Hukuman telah diberikan oleh pemilih DKI dengan menjungkirbalikan semua hasil Survey yang dilakukan jauh sebelum Pemilukada putaran ke 1 yang menepatkan Foke-Nara di posisi teratas ternyata hasil Putaran pertama justru Jokowi-Ahok berada di pole position.

Keempat : Tim Sukses atau Tim Kampanye untuk tidak melakukan kampanye hitam (black campaigne) dengan Isu SARA yang akan berakibat fatal  dan merugikan bagi Calon Bupati dan Wakil Bupati yang didukungnya.  Kisah SBY tahun 2004 dan Jokowi-Ahok yang dipresentasikan orang teraniaya, menjadi kekasih masyarakat kita yang tidak senang tindakan yang menyakiti orang lain

Kelima : KPUD Banyumas sedini mungkin harus menyelsaikan persoalan DPT agar tidak menjadi polemik dan sengketa dalam masyarakat dan Tim Sukses. Begitu pula Panwasda sebagai wasit harus menegakkan aturan dan memberikan ketegasan ketika ada pihak pihak yang jelas-jelas melanggar aturan harus mmebunyikan peluitnya tidak berpihak kepada yang salah.

Keenam : Sikap Calon Bupati/Wakil Bupati Banyumas siapapun calonnya ketika kelak ikut dalam pertarungan Pemilukada Banyumas 2013 alangkah elegannya meniru langkah yang dlakukan Bang Foke dengan mengucapakan selamat kepada Jokowi bisa melalui media massa, media elektronik. Begitu pula halnya yang menang harus meniru langkah jokowi untuk tidak  melakukan pawai, hurahura, pesta pora atau kegiatan yang bersifat foya-foya karena kemenangan sesungguhnya adalah kemenangan bersama yang menghormati pihak yang kalah.

Mudah-mudahan Pilkada Banyumas 2013 akan berjalan sesuai harapan dan cita-cita bersama masyarakat Banyumas dengan sukses serta menghasilkan Bupati/Wakil Bupati 2013-2018 yang mampu membawa  perubahan dan kemajuan diberbagai bidang pembangunan menuju Banyumas yang maju, adil dan sejahtera.

Mulyono Harsosuwito Putra Ketua Institut Studi Pedesaan dan Kawasan
Tulisan ini dimuat di Satelit Post Purwokerto tanggal 07 Oktober 2012

0 comments:

Post a Comment