Cerita
pertapaan Ratu Kalinyamat yang menjalankan tirakat "Topo Wudo" atau
telanjang ini didasarkan pada naskah Babad Tanah Jawi edisi
meinsma-olthof, sangat terkenal di kalangan masyarakat Jawa.Dalam naskah
Babad Tanah Jawi sering dituturkan dalam rakitan tembang Pangkur yang
sangat memikat:
Nimas Ratu Kalinyamat,
Tilar pura mertapa aneng wukir,
Tapa wuda sinjang rambut,
Aneng wukir Donorojo,
Aprasapa nora tapi-tapian ingsun,
Yen tan antuk adiling Hyang,
Patine sedulur mami"(Harotojo Amen Budiman.1982:32-33)
artinya
Nimas Ratu Kalinyamat,
Meninggalkan Istana bertapa di Gunung,
Bertapa telanjang berkain rambut
Bersumpah (tidak) akan sekali-sekali memakai pakaian ,
Jika tidak memperoleh keadilan Tuhan
(atas) meninggalnya saudaraku"
Laku
adalah sebuah tindakan atau perilaku khusus untuk melakukan sesuatu bentuk spiritualitas.
Topo
Topo adalah bertapa (mati raga) ibadah untuk mengendalikan hawa nafsu untuk mendapatkan ketenangan batin, hal ini adalah salah satu laku spiritualitas (PJ.Zeotmulder dan SO Robinson.2006;1210),orang zaman dahulu untuk mendapatkan pertolongan.
Wudo
arti secara harfiahnya,telanjang,telanjang tidak berpakaian (PJ Zeotmulder,2006:1465) akan tetapi makna lain bentuk simbolik dari seseorang yang meninggalkan harta benda kemewahan materi dengan cara melepas semua bentuk kebangsawanannya menjadi rakyat jelata.
Laku Topo putri Sultan Trenggana ini tidak lain adalah untuk menenangkan diri dan memohon pertolongan kepada Tuhan agar sakit hatinya terhadap Arya Penangsang,sepupunya sendiri terbalaskan.(Ali Romdoni:2006,;28)
Topo Wudo yang dilakukan Ratu Kalinyamat mangandung makna menyepi dan melepas semua kemwwahan dunia fana dalam ranga memohon pertolongan kepada Allah (Chusnul Hayati:2007:13)
Topo wudo yang dilakukan Ratu Kalinyamat menimbulkan banyak penafsiran yang tidak bisa dielakkan,akan tetapi untuk menafsirkan laku tersebut membutuhkan kearifan.
Rupanya laku Topo Wudo Ratu Kalinyamat dengan sumpahnya itu ditafsirkan masyarakat desa Tulakan dan sekitarnya sebagai kesetian seorang istri kepada suami dan bakti seorang adik kepada saudara tua.
Perjalanan spiritualitas Sang Ratu yang terkenal dengan laku topo wuda sinjang rambut di Lereng Gunung Donorojo,makna harfiahnya adalah bertapa telanjang di Lereng Gunung Donorojo hanya berbalut rambut yang terurai
Dalam masyarakat tertentu beredar isu atau pendapat yang negatif mengenai Ratu Kalinyamat., khususnya ketika ia sedang bertapa..Mereka pecaya bahwa Ratu Kalinyamat benar-benar telanjang.Berdasarkan interpretasi (yang salah) semacam itu, orang menilai banyak wanita Jepara akhirnya meniru laku Ratu Kalinyamat dengan cara mempertaruhkan kehormatannya untuk mecapai cita-cita keduniiwiannya
Referensi
Chayati,Chusnul,dkk,,2007, Ratu Kalinyamat,Biografi Tokoh Wanita Abad XIV Dari Jepara,Jepara :Jeda
,Budiman,Hartojo Amen,1982,Komplek Ratu Kalinyamat Mantingan Jepara Segi-Segi Sejarah dan Arsitekturnya.Semarang:Proyek Pengembangan Permudiuman Jawa Tengah
PJ Zeotmulder bekerja sama dengan S.O Robinson,Kamus Jawa Kuna Indonesia ,Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama,cet V
Romdoni,Ali,Ratu Kalinyamat Wudo Soko Rojobrono,;Majalah Serambi
Jepapa, edisi perdana/November 2006
Simon, Hasanu,2004, Misteri Syeikh Siti Jenar,Yogyakarta:Penerbit Pustaka Pelajar
Nimas Ratu Kalinyamat,
Tilar pura mertapa aneng wukir,
Tapa wuda sinjang rambut,
Aneng wukir Donorojo,
Aprasapa nora tapi-tapian ingsun,
Yen tan antuk adiling Hyang,
Patine sedulur mami"(Harotojo Amen Budiman.1982:32-33)
artinya
Nimas Ratu Kalinyamat,
Meninggalkan Istana bertapa di Gunung,
Bertapa telanjang berkain rambut
Bersumpah (tidak) akan sekali-sekali memakai pakaian ,
Jika tidak memperoleh keadilan Tuhan
(atas) meninggalnya saudaraku"
Laku
adalah sebuah tindakan atau perilaku khusus untuk melakukan sesuatu bentuk spiritualitas.
Topo
Topo adalah bertapa (mati raga) ibadah untuk mengendalikan hawa nafsu untuk mendapatkan ketenangan batin, hal ini adalah salah satu laku spiritualitas (PJ.Zeotmulder dan SO Robinson.2006;1210),orang zaman dahulu untuk mendapatkan pertolongan.
Wudo
arti secara harfiahnya,telanjang,telanjang tidak berpakaian (PJ Zeotmulder,2006:1465) akan tetapi makna lain bentuk simbolik dari seseorang yang meninggalkan harta benda kemewahan materi dengan cara melepas semua bentuk kebangsawanannya menjadi rakyat jelata.
Laku Topo putri Sultan Trenggana ini tidak lain adalah untuk menenangkan diri dan memohon pertolongan kepada Tuhan agar sakit hatinya terhadap Arya Penangsang,sepupunya sendiri terbalaskan.(Ali Romdoni:2006,;28)
Topo Wudo yang dilakukan Ratu Kalinyamat mangandung makna menyepi dan melepas semua kemwwahan dunia fana dalam ranga memohon pertolongan kepada Allah (Chusnul Hayati:2007:13)
Topo wudo yang dilakukan Ratu Kalinyamat menimbulkan banyak penafsiran yang tidak bisa dielakkan,akan tetapi untuk menafsirkan laku tersebut membutuhkan kearifan.
Rupanya laku Topo Wudo Ratu Kalinyamat dengan sumpahnya itu ditafsirkan masyarakat desa Tulakan dan sekitarnya sebagai kesetian seorang istri kepada suami dan bakti seorang adik kepada saudara tua.
Perjalanan spiritualitas Sang Ratu yang terkenal dengan laku topo wuda sinjang rambut di Lereng Gunung Donorojo,makna harfiahnya adalah bertapa telanjang di Lereng Gunung Donorojo hanya berbalut rambut yang terurai
Dalam masyarakat tertentu beredar isu atau pendapat yang negatif mengenai Ratu Kalinyamat., khususnya ketika ia sedang bertapa..Mereka pecaya bahwa Ratu Kalinyamat benar-benar telanjang.Berdasarkan interpretasi (yang salah) semacam itu, orang menilai banyak wanita Jepara akhirnya meniru laku Ratu Kalinyamat dengan cara mempertaruhkan kehormatannya untuk mecapai cita-cita keduniiwiannya
Referensi
Chayati,Chusnul,dkk,,2007, Ratu Kalinyamat,Biografi Tokoh Wanita Abad XIV Dari Jepara,Jepara :Jeda
,Budiman,Hartojo Amen,1982,Komplek Ratu Kalinyamat Mantingan Jepara Segi-Segi Sejarah dan Arsitekturnya.Semarang:Proyek Pengembangan Permudiuman Jawa Tengah
PJ Zeotmulder bekerja sama dengan S.O Robinson,Kamus Jawa Kuna Indonesia ,Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama,cet V
Romdoni,Ali,Ratu Kalinyamat Wudo Soko Rojobrono,;Majalah Serambi
Jepapa, edisi perdana/November 2006
Simon, Hasanu,2004, Misteri Syeikh Siti Jenar,Yogyakarta:Penerbit Pustaka Pelajar
0 comments:
Post a Comment