Banyumas sangat,sangat dinamis dalam segala aspek kehidupannya ia
bergerak dari masa ke masa, dengan aktor-aktor pelaku sejarahnya dengan
mengusung tema yang berbeda-beda.
Babad Banyumas sebagai salah contoh hampir mencapai 60 versi ditulis oleh pebulis yang berbeda-beda dari awal pendirian sampai kini menandakan betapa sejarah Banyumas mengalami proses yang terus menerus berevolusi dan berevolusi melahirkan Babad-Babad baru yang sangat berbeda dengan Babad Pasir Luhur, Babad Kutaliman yang diperkirakaan hanya mempunyai satu Buah Babad,sebagai sejarah
Mempertahan masa lalu secara membabi buta adalah kekeliruan besar terhadap alur sejarah sebagai proses kesinambungan,Generasi baru Banyumas tak mungkin hidup dengan tata cara periaku,pola pikir kebudayaan, sistim polik ekonomi, pertanian pada jaman Eyang Adi Mrapat atau pada masa pemerintahan Adipati penerusnya.
Cara pandang sempit dengan mempetahan status qua membabi buta dengan mengusung tema-tema nostalgia dengan segala asesoris-asesoris sejarahnya adalah cara pandang keliru,
"Ngwang-wung" hari kelahiran Banyumas selama puluhan tahun melembaga dengan menempatkan 06 April 1582 sebagi hari kelahiran Banyumasi menimbulkan banyak tafsir karena beselisih hampir 11 tahun dengan aslinya tanggal 22 Februari 1571 ,ada apa sesungguhnya terjadi. Adakah ada misi tertentu menjadikan
Banyumas sebagai kekuasaan masa lalu untuk mempertahankan status quo kekuasaan yang pernah menjadikan bagian dari Kerajaan yang pernah memerintah Banyumas menjadi Kadipaten atau kepentingan penjajah Belanda dan jepang utnukkepentingannya, walllohu a'lam, sejarah ayang menjawabnya dikemusian hari.
Dalam Kosmologi Jawa, hari kelahiran sangat erat keterkaitannya dengan watak,sifat dan kepribidaian serta keberuntungan ,maka menjadi 'Ngwang wung Banyumas tampil dengan wajah topeng yang meminjam
Banyumas untuk dimainkan dalam kekuasaan yang bersifat sintetis. Tanpa disadari Banyumasa selama ini telah berjalan dalm lintasan sejarah penuh kepura-puraa, karena tampil tidak utuh dalam lakon yang dimainkan dengan ruh dan batin Banyumas dengan ruang dan waktu yang menyertainya.
Sering kali sejarah dijadikan alat kontrol oleh segelintir penguasa dan kelompok kepentingan untuk menghancurkan kepribadian dan karakter sebuah bangsa dengan memalsukan sebai strtaegi membumihanguskan identitas jait diri agar tak ingat lagi siapa sesungguhnya dirinya.
Menghilangkan identitas jati diri menjadi senjata pemusnah paling ampuh laksana senjata nuklir yang memporak porandakan segala aspek sejarah dan peradaban agar tak ingat lagi ingat dan tahu kebesaran peradaban yang telah ditorekannya
Penetapan 22 Februari 1571 sebagai hari Kelahiran Banyumas menajdi titik awal mengembalikan Banyumas ke ranah identitas jati dirinya dengan seluruh ruang dan waktu serta peristiwa yang menjadi pelaku adalah Wong Banyumas.
Banyumas itu Blaka Suta atau Cablaka bukan berarti stagan dan statis dalah kedaden kalau kemudian mengartikulasikan Cablaka sebagai idiom manusia tanpa perubahan .
Salah besar menganggap Cablaka sebagai sebagai sekelompok manusia yang tak membaca peradaban ,sifat egaliter merupakan modal dasar dalam mengarungi peradaban dengan tumpukan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang sangat majemuk munuju Banyumas yang adil dan sejahtera,
Karangnangka 01/04/2016
Mulyono Harsosuwito Putra
Institut Studi Pedesaan dan Kawasan
Babad Banyumas sebagai salah contoh hampir mencapai 60 versi ditulis oleh pebulis yang berbeda-beda dari awal pendirian sampai kini menandakan betapa sejarah Banyumas mengalami proses yang terus menerus berevolusi dan berevolusi melahirkan Babad-Babad baru yang sangat berbeda dengan Babad Pasir Luhur, Babad Kutaliman yang diperkirakaan hanya mempunyai satu Buah Babad,sebagai sejarah
Mempertahan masa lalu secara membabi buta adalah kekeliruan besar terhadap alur sejarah sebagai proses kesinambungan,Generasi baru Banyumas tak mungkin hidup dengan tata cara periaku,pola pikir kebudayaan, sistim polik ekonomi, pertanian pada jaman Eyang Adi Mrapat atau pada masa pemerintahan Adipati penerusnya.
Cara pandang sempit dengan mempetahan status qua membabi buta dengan mengusung tema-tema nostalgia dengan segala asesoris-asesoris sejarahnya adalah cara pandang keliru,
"Ngwang-wung" hari kelahiran Banyumas selama puluhan tahun melembaga dengan menempatkan 06 April 1582 sebagi hari kelahiran Banyumasi menimbulkan banyak tafsir karena beselisih hampir 11 tahun dengan aslinya tanggal 22 Februari 1571 ,ada apa sesungguhnya terjadi. Adakah ada misi tertentu menjadikan
Banyumas sebagai kekuasaan masa lalu untuk mempertahankan status quo kekuasaan yang pernah menjadikan bagian dari Kerajaan yang pernah memerintah Banyumas menjadi Kadipaten atau kepentingan penjajah Belanda dan jepang utnukkepentingannya, walllohu a'lam, sejarah ayang menjawabnya dikemusian hari.
Dalam Kosmologi Jawa, hari kelahiran sangat erat keterkaitannya dengan watak,sifat dan kepribidaian serta keberuntungan ,maka menjadi 'Ngwang wung Banyumas tampil dengan wajah topeng yang meminjam
Banyumas untuk dimainkan dalam kekuasaan yang bersifat sintetis. Tanpa disadari Banyumasa selama ini telah berjalan dalm lintasan sejarah penuh kepura-puraa, karena tampil tidak utuh dalam lakon yang dimainkan dengan ruh dan batin Banyumas dengan ruang dan waktu yang menyertainya.
Sering kali sejarah dijadikan alat kontrol oleh segelintir penguasa dan kelompok kepentingan untuk menghancurkan kepribadian dan karakter sebuah bangsa dengan memalsukan sebai strtaegi membumihanguskan identitas jait diri agar tak ingat lagi siapa sesungguhnya dirinya.
Menghilangkan identitas jati diri menjadi senjata pemusnah paling ampuh laksana senjata nuklir yang memporak porandakan segala aspek sejarah dan peradaban agar tak ingat lagi ingat dan tahu kebesaran peradaban yang telah ditorekannya
Penetapan 22 Februari 1571 sebagai hari Kelahiran Banyumas menajdi titik awal mengembalikan Banyumas ke ranah identitas jati dirinya dengan seluruh ruang dan waktu serta peristiwa yang menjadi pelaku adalah Wong Banyumas.
Banyumas itu Blaka Suta atau Cablaka bukan berarti stagan dan statis dalah kedaden kalau kemudian mengartikulasikan Cablaka sebagai idiom manusia tanpa perubahan .
Salah besar menganggap Cablaka sebagai sebagai sekelompok manusia yang tak membaca peradaban ,sifat egaliter merupakan modal dasar dalam mengarungi peradaban dengan tumpukan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang sangat majemuk munuju Banyumas yang adil dan sejahtera,
Karangnangka 01/04/2016
Mulyono Harsosuwito Putra
Institut Studi Pedesaan dan Kawasan
0 comments:
Post a Comment