Ajaran leluhur kita yang kita kenal dengan "Tirakatan" sudah mendarah daging sejak jaman dulu sampai jaman post modern ini.
Sejak kecil kata "tirakatan" melekat dalam masyarakat Jawa,sebagai bagian dari Kosmologi manusia Jawa dalam mengarungi kehidupan di dunia,.
Manusia Jawa merasa menjadi manusa Jawa seutuhnya apabila telah melakukan laku tirakatan sebagai
bentuk pengasingan,pengekangan dan penyucian diri
Berbagai laku pengasiingan diri dengan melakukan puasa, sholat malam, berkhlawat di tempat yang sunyi.dll
Tirakatan dilakukan untuk membebaskan diri dari pengaruh-pengaruh perbuatan yang tak berguna mengembalikan ketitik kesadaran paling hakiki,
Mengembalikan manusia seperti jabang bayi yang baru dilahirkan dari gua garba seorang ibu tanpa dosa.
Tujuan tirakatan adalah membentuk pribadi berkualitas peka sinyal rohaninya kuat batinnya dan jiwanya,
Serta didukung keuatan lahir dalam menghadapi guncangan-guncanga kehidupan yang silih berganti datang menghadangnya.
Dalam konteks kenegaraan kata"tirakatan" menjadi tradisi menjelang pelaksanaan HUT Kemerdakaan NKRI tepatnya pada malam hari tanggal 16 Agustus
Dimana pada malam tujuh belasan mulai tingkatan RT/RW.,desa/kelurahan, ,kecamatan, kabuptaen/kota, propinsi, sampai tingkat pusat melaksanakan malam tirakatan dengan berkumpul mengheningkan cipta
Dengan membuka lembaran sejarah perjuangan para pahlawan dalam melawan dan mengusir penjajah Belandan dan Jepang.
Semuanya dilakukan sesuai dengan tingkatan wilayahnya masing-masing dengan suguhan makanan dan minuman.
Dua model tiraktan diatas adalah bukti bahwa ajaran laku tirakatan dengan berbagai dimensinya tetap berjalan sesuai dengan tafsirnya masing-masing.
Mencari asal muasal laku tirakatan tentu akan menggiring kita pada perdebatan dan pencaria literasi sejarah yang panjang membutuhkan kajian-kajian yang harus teliti dan cermat.
Oleh karena definisi, pengertian dan makna tiratakan yang selama ini ita kenal hanyalah kata yang sudah menjadi kata yang paten melekat turun menurun dari generasi ke generasi tanpa mengerti apa sesungguhnya kata tirakatan itu.
Kata 'tirakatan" berasal dari bahasa Arab yaitu taraka, yatruku, tarkan_tirakatan ( telah meninggalkan,sedang/akan meninggalkan, tinggalan.Kata ini sudah mengalami perubahan menjadi bahasa Indonesia/Jawa :Tirakatan.
Tirakatan dalam dunia tasawuf disebut juga dengan suluk (laku) yakni melakukan sesuatu untuk membeningkan hati dengan tujuan memperoleh ma'rifatullah (mengena Allah).
Laku tirakatan dilakukan dengan cara mengurangi makan , tidur dan bicara. Kedua pengurngan laku tirakatan yakni makan dan tidur merupaken satu paket , Oleh karena orang yang banyak makan biasanya banyak tidurnya
Dalam laku tarekat (thoriqoh) kedua laku itu harus dihindari.Sedangkan mengurangi bicara atau sedikit bicara sangat dianjurkan karena terlalu banyak bicara akan banyak salah dan dosa-dosanya.
Kehancuran kepribadian manusia bersumber dari terjaganya mulut, karena mulut juga yang menjatuhkan manusia dengan ucapan-ucapan, yang tak berguna, Yang hanya penuh dengan kata-kata dan janji palsu, tertawa yang berlebihan, menyakiti orang lain, dll
Kisah sahabat Abu Bakar al-Shiddiq RA yang mengulum batu (ngemut watu/batu) karena takut berbicara berlebihan dan tak bermanfaat, apalagi setelah beliau mendengar Sabda Rasulullah Muhammad SAW ;
Qul khairan au liyasmut" (bicara yang baik atau (kalau tidak bisa) lebih baik diam.)
Tiraktan mengalami perubahan makna karena cara pandang, penafsiran, dan pemaknaan sesuai dengan ruang dan waktu.
Tirakatan sesungguhnya adalah mengurangi , meninggalkan makan, tidur, bicara dan perbuatan -perbuatan yang bertentaangan dengan nilai-nilai keagaman dan atura nnegara
Namun dalam kenyataan terjadi dimasyarakat laku tirakatan menjurus pada pesta pora, makan, minum dan kegiatan yang lainnya.
Sebenarnya laku tiraktan yang berkembang di masyarakat dan kenegaraan semacam itu tidak bisa disalahkan
Karena tiraktan dimaknai dari luarnya saja tanpa memahami menghayai dan melaksanaan intisari laku tirakatan itu sendiri.
Mudah-mudahan laku Tirakatan pada Malam Pitulasan menjadi ajang melakukan introspekdi seluruh bangsa Indonesia
Untuk kembali membaca dan mengingat sejarah perjuangan para pahlawan yang telah berkorban ,nyawa,harta dan benda demi tegaknya NKRI.pada saat melawan penjajah kolonial Belanda dan Jepang.
Karangnangka 02.12.2015
Mulyono Harsosuwito Putra
Ketua Institut Studi Pedesaan dan Kawasan
Sejak kecil kata "tirakatan" melekat dalam masyarakat Jawa,sebagai bagian dari Kosmologi manusia Jawa dalam mengarungi kehidupan di dunia,.
Manusia Jawa merasa menjadi manusa Jawa seutuhnya apabila telah melakukan laku tirakatan sebagai
bentuk pengasingan,pengekangan dan penyucian diri
Berbagai laku pengasiingan diri dengan melakukan puasa, sholat malam, berkhlawat di tempat yang sunyi.dll
Tirakatan dilakukan untuk membebaskan diri dari pengaruh-pengaruh perbuatan yang tak berguna mengembalikan ketitik kesadaran paling hakiki,
Mengembalikan manusia seperti jabang bayi yang baru dilahirkan dari gua garba seorang ibu tanpa dosa.
Tujuan tirakatan adalah membentuk pribadi berkualitas peka sinyal rohaninya kuat batinnya dan jiwanya,
Serta didukung keuatan lahir dalam menghadapi guncangan-guncanga kehidupan yang silih berganti datang menghadangnya.
Dalam konteks kenegaraan kata"tirakatan" menjadi tradisi menjelang pelaksanaan HUT Kemerdakaan NKRI tepatnya pada malam hari tanggal 16 Agustus
Dimana pada malam tujuh belasan mulai tingkatan RT/RW.,desa/kelurahan, ,kecamatan, kabuptaen/kota, propinsi, sampai tingkat pusat melaksanakan malam tirakatan dengan berkumpul mengheningkan cipta
Dengan membuka lembaran sejarah perjuangan para pahlawan dalam melawan dan mengusir penjajah Belandan dan Jepang.
Semuanya dilakukan sesuai dengan tingkatan wilayahnya masing-masing dengan suguhan makanan dan minuman.
Dua model tiraktan diatas adalah bukti bahwa ajaran laku tirakatan dengan berbagai dimensinya tetap berjalan sesuai dengan tafsirnya masing-masing.
Mencari asal muasal laku tirakatan tentu akan menggiring kita pada perdebatan dan pencaria literasi sejarah yang panjang membutuhkan kajian-kajian yang harus teliti dan cermat.
Oleh karena definisi, pengertian dan makna tiratakan yang selama ini ita kenal hanyalah kata yang sudah menjadi kata yang paten melekat turun menurun dari generasi ke generasi tanpa mengerti apa sesungguhnya kata tirakatan itu.
Kata 'tirakatan" berasal dari bahasa Arab yaitu taraka, yatruku, tarkan_tirakatan ( telah meninggalkan,sedang/akan meninggalkan, tinggalan.Kata ini sudah mengalami perubahan menjadi bahasa Indonesia/Jawa :Tirakatan.
Tirakatan dalam dunia tasawuf disebut juga dengan suluk (laku) yakni melakukan sesuatu untuk membeningkan hati dengan tujuan memperoleh ma'rifatullah (mengena Allah).
Laku tirakatan dilakukan dengan cara mengurangi makan , tidur dan bicara. Kedua pengurngan laku tirakatan yakni makan dan tidur merupaken satu paket , Oleh karena orang yang banyak makan biasanya banyak tidurnya
Dalam laku tarekat (thoriqoh) kedua laku itu harus dihindari.Sedangkan mengurangi bicara atau sedikit bicara sangat dianjurkan karena terlalu banyak bicara akan banyak salah dan dosa-dosanya.
Kehancuran kepribadian manusia bersumber dari terjaganya mulut, karena mulut juga yang menjatuhkan manusia dengan ucapan-ucapan, yang tak berguna, Yang hanya penuh dengan kata-kata dan janji palsu, tertawa yang berlebihan, menyakiti orang lain, dll
Kisah sahabat Abu Bakar al-Shiddiq RA yang mengulum batu (ngemut watu/batu) karena takut berbicara berlebihan dan tak bermanfaat, apalagi setelah beliau mendengar Sabda Rasulullah Muhammad SAW ;
Qul khairan au liyasmut" (bicara yang baik atau (kalau tidak bisa) lebih baik diam.)
Tiraktan mengalami perubahan makna karena cara pandang, penafsiran, dan pemaknaan sesuai dengan ruang dan waktu.
Tirakatan sesungguhnya adalah mengurangi , meninggalkan makan, tidur, bicara dan perbuatan -perbuatan yang bertentaangan dengan nilai-nilai keagaman dan atura nnegara
Namun dalam kenyataan terjadi dimasyarakat laku tirakatan menjurus pada pesta pora, makan, minum dan kegiatan yang lainnya.
Sebenarnya laku tiraktan yang berkembang di masyarakat dan kenegaraan semacam itu tidak bisa disalahkan
Karena tiraktan dimaknai dari luarnya saja tanpa memahami menghayai dan melaksanaan intisari laku tirakatan itu sendiri.
Mudah-mudahan laku Tirakatan pada Malam Pitulasan menjadi ajang melakukan introspekdi seluruh bangsa Indonesia
Untuk kembali membaca dan mengingat sejarah perjuangan para pahlawan yang telah berkorban ,nyawa,harta dan benda demi tegaknya NKRI.pada saat melawan penjajah kolonial Belanda dan Jepang.
Karangnangka 02.12.2015
Mulyono Harsosuwito Putra
Ketua Institut Studi Pedesaan dan Kawasan
0 comments:
Post a Comment