Artikel Terbaru

Friday, October 7, 2016

Biografi Ki Dalang Nawan Patmomihardjo (4) Ki Dalang Sentel , Sastrawan Winasis dan Dalang Ruwat Mumpuni

Ki Nawan Patmomihardjo tergolong dalang langka pada jamannya,menguasai berbagai macam ilmu Beliau memiliki dan menguasai ilmu.pedalangan,karawitan,olah suara ,tembang,suluk,kidung.dan pengarang serat /suluk.serta ilmu lain-lainnya.
Beliau mampu membaca kidung selama 7 malam berurut-turut dari berbagai macam kidung yang telah tersusun dalam rangkaian pembacaan kidung sesuai dengan urutan yang telah dibakukan oleh para pujangga pada sebelumnya yaitu Kitab Kidung Mantrawedha salah satu isinya adalah Kiudng Rumeksa Ing Wengi
Saat Ki Nawan membaca kidung suasana menjadi hening,semua yang hadir terbawa lantunan kata demi kata ,bait demi bait hanyut menyentuh hati dan rasa pendengarnya.Tak ada satupun hadirin dan pendengar bergerak sejengkal dari tempat duduknya,semua terpaku,tertuju apa yang diucapakannya.
Kidung adalah puisi berbahasa Jawa tengahan yang memiliki aturan jumlah dalam tiap bait,jumlah suku kata tiap baris dan pola rima akhir sesuai dnegan metrum yang membingkainya,;satu pupuh kidung berkemungkinan terdapat lebih dari satu metrum.
Tak hanya pandai mendalang,memainkan gamelan,olah vokal/suara dan membaca,Ki Nawan Patmomihardjo mampu menulis ilmu seni pedalangan,seni karawitan serat/suluk,,tembang,dll yang ditulis tangan dengan teknik pemulisan menggunakan kaidah penulisan huruf Jawa yang sangat rapi dan terkumpul dalam satu buku dalam ratusan halaman .
Berdasarkan penuturan putra-putri Ki Nawan Patmomihardjo yang ditemui Kang Mul di rumah kediaman almarhum,Buku atau Kitab karangan ayahandanya semua putra-putrinya pernah melihatnya ,dan tersimpan dalam sebuah tempat,Seiring dengan berjalannya waktu,buku itu tiba-tiba tak dapat diketemukan lagi.
Sangat disayangkan peninggalan berharga karya Ki Nawan Patmomihardjo hilang atau rusak puluhan tahun yang silam oleh karena pada saat itu putra-putri beliau banyak bekerja diluar Kabupaten Banyumas sehingga karya besar dalang asal desa Karangnangka itu tak bisa diketemuakan lagi.
Tidak bisa dibayangkan apabila buku karya Ki Nawan Patmomihardjo diketemukan ,maka akan dapat diketahui naskah-naskah suluk,/serat, tembang,ilmu pedalangan,karawitan,dll yang dihasilkan beserta isinya,Kelak dikemudian hari akan menjadi kepustakaan berharga bagi budaya sastra Banyumasan dan wayang kulit Gagrak Banyumasan untuk generasi berikutnya.
Dalang Ruwat
Ki Nawan Patmomihardjo saat memasuki umur 50 tahun-an berprosesi ganda menjadi dalang pada umumnya juga merangkap menjadi Dalang Ruwat.,sebuah profesi yang membutuhkan kematangan usia,,matang keilmuan dan kedalaman spiritual untuk menjadi seorang dalang ruwat,
Tak mudah dan tak semua dalang dapat melakukan ruwatan,oleh karena berdasarkan turun-temurun dalam tradisi dalang ruwatan,Seorang dalang ruwatan adalah dalang dengan kepribadian istimewa,luhur budi pekertinya ,tinggi spiritualnya ,pengalaman mendalang telah puluhan tahun dan menguasai lakon "Murwakala".
Meskipun telah mendalang berpuluh-puluh tahun ,seorang dalang belum tentu mampu menjadi Dalang Ruwat,Jam terbang seorang dalang bukan menjadi tolok ukur,Begitu pula usia,seorang dalang bukan jaminan dapat menjadi seorang Dalang.
Tak hanya itu seorang Dalang Ruwat harus mampu menguasai berbagai kidung diantaranya,Kidung Madalagiri,Kidung Puji Bayu. Kidung Kakancingan,Kidung Panengeran,Kidung RuwatPanggung,Kidung Panulak,Kidung Pangruwat Pamungkas,dll
Ruwatan dalam tradisi masyarakat Jawa ,ritual ruwat dibedakan dalam tiga kategori ,meliputi :
1.Ruwatan Diri sendiri
2.Ruwatan Lingkungan
3.Ruwatan wilayah
Dalang Ruwat harus mampu dan mahir memimpin prosesi upacara ruwatan yang meliputi 136 Sukerta ,Sukerta adalah jenis-jenis manusia yang telah dijanjikan Sang Batara Guru kepada Batara Kala untuk menjadi makanan atau santapannya,sebagimana dalam Kitab Purtaka Radja Purwa (jilid halaman 194) karangan pujangga pamungkas R Ng Ronggowarsito,
Ki Nawan Patmomihadjo adalah sosok "Dalang Ruwat" mumpuni pada diri beliau terdapat perpaduan ilmu,pengalaman,usia,keunggulan laku spiritual dan tak kalah pentingnya beliau mendapat bimbingan dari ayahnya KI Poerwasemita,seorang dalang ruwat yang sangat kondang pada masa jaman dahulu.
Ruwatan yang pernah dilakukan dalang berjuluk "Dalang Sentel" berjalan hening (anggres) ,baik yang diruwat maupun semua yang hadir larut dalam suasana sakral mengikuti acara prosesi ruwatan yang dipimpin Ki Nawan Patmomihardjo.
Beberapa warga masyarakat, kelompok /organisasi.pemerintahan dan lembaga swasta diwilayah Kabupaten Banyumas,Purbalingga,Tegal,Cilacap,dll.pernah mengundangnya untuk menjadi Dalang Ruwat
Ruwatan bisasnya dilakukan pada siang hari akan tetapi ada kalanya dilakukan pada malam hari.yaitu ruwatan tertentu. Acara ruwatan tidak menggangu jadwal manggung Ki Nawan Patmomohardjo pada malam harinya.Beliau tetap memenuhi undangan manggung yang telah sitentukan jauh sebelum manggung sesuai dengan jadwalnya.
Nb; Bagian ke lima penutup .Berpulangnya "Sang Maestro" Dalang Wayang Kulit Gagrag Banyumasan ,,,,tunggu penluisannya
Karangnangka 22 Juli 2016
Mulyono Harsosuwito Putra
Ketua Institut Studi Pedesaan dan Kawasan
Sumber:
Wawancara dengan putra-putri Ki Nawan Patmomihardjo:Mas Kuncoro,Mas Sasmito,Mas Joko handoko dan Mbakyu Retno Marhaeni pada Hari Selasa tanggal 19 dan Hari Jum'at 22 Juli 2016 serta Kepustakaan.

0 comments:

Post a Comment