Artikel Terbaru

Tuesday, April 10, 2018

SPIRITUALITAS KARTINI DARI GELAP KEPADA CAHAYA

Kartini adalah sosok penggerak kebangkitan perempuan Indonesia ia, menjadi Lokomotif gerbong perubahan disaat kebuntuan perannan kaumnya yang tersisih dan terisolasi oleh feodaliseme dan kolonialisme yang menjarah peradaban.

Berada dalam ruangan yang membelenggunya ,murid Mbah Kyai Sholeh Darat berhasil membedah tirai-tirai kegelapan yang menenggelamkan perempuan dalam dapur ketidakberdayaan. kamar ketidakadilan,dan teras kesewenang wenangan penjajah Belanda yang telah merampas hak-hak perempuan

Berabad-abad lamanya.Perempuan berada dalam pojok penderitaan bergulat dalam pelukan luka yang mendera sepanjang waktunya.

Kegelapan lambat laun sirna oleh kegigihan perempuan muda yang bernama R.A Kartini membedah tembok-tembok patriaki ,memporak-porandakan kungkungan wilayah domestik menuju cahaya kegemilangan.

Perjuangan Kartini selalu hadir menjadi Inspirasi perempuan Indonesia dari dulu sampai Kartini-Kartini zaman masa kini. Kartini bersama Dewi Sartika, Tjut Nyak Dien dan perempuan Indonesia pada masa penjajahan Belanda tampil kemuka mendobrak benteng-benteng kemuraman peran perempuan yang disekat dengan feodalisme dan kolonialisme.

Cahaya itu telah hadir menyalakan nafas perjuangan yang dipandu kebeningan hati dari sifat hanif yang memancar dari lubuk hati yang dibimbing Sang Maha Penyayang.

Seberkas Cahaya menerangi langkah-langkah Kartini menuju terang benderang masa depan kaummnya ,Kegelapan Sirna seketika oleh kebeningan hati dan kecerdasan budi, melangkah mendobrak gunung Salju yang membeku sekian waktu.

Cahaya itu bersumber dari Kalam Illahi yang menjadi energi hidup, mejadi spirit kebangkitan perempuan saat itu.

" Minazh-Zhulumaati ilan Nur"

Yang berarti " Dari Gelap Kepada Cahaya" sebuah ayat dalam Kitab Suci al-Qur'an yakni surah al-Baqarah ayat 257 yang kemudian menjadi kata-kata yang sering ditulis berulang-ulang Kartini dalam surat-suratnya kepada sahabatnya dengan menggunakan bahasa Belanda "Door Duiaternis Tot Licht" .

Kumpulan surat -surat kartini dikumpulkan oleh Mr Abendanon dan diberi judul "Door Duisternis Tot Licht" .Mr Abedanon tak mengerti dan tak menyadari kata-kata yang sering ditulis Kartini dalam surat-surat yang dikumpulkannya merupakan kata yang dipetik dari al-Qur;an.

"Habis Gelap terbitlah Terang" yang ditulis Armyn Pane meski lebih puitis namun menghilangkan makna "Door Duisternis Tot Licht" yang sarat makna karena dipetik dari al-Qur'an menjadi spirit Kartini dalam hdupnya telah mengantarkan perubahan dirinya dan pemikiran tak-berkententuan kepada pemikiran hidayah.

Ayat Minazh -Zhulumaati ilan Nur memberi energi kehidupan menjadi hidayah mengantarkannya menjadi sosok wanita unggul dengan kekuatan spiritual berkat bimbingan ulama sepuh Mbah Kyai Sholeh Darat yang memberinya sebuah terjemahan al-Qur'an (Faizur Rohman Fi Tafsiri Qur;an) jilid pertama yang terdiri dari 13 juz mulai dari surah al Fatihah sampai surah Ibrahim sebagai kado pernikahannya dengan Adipati Rembang K.R.M Adipati Ario Singgih Joyodiningrat pada tanggal 12 November 1903 .

Kartini sangat menyukai pemberian Mbah kayi Sholeh Darat dan mengatakan:
"Selama ini al-Fatihah gelap bagi saya.Saya tidak mengerti sedikitpun maknanya. Ttepi sejak hari ini menjadi terang benderang sampai kepada makna tersiratnya.,sebab Romo Kyai telah menerangkan dalam bahasa Jawa yang saya pahami"

Kartini telah memberikan inspirasi lahirnya Kitab Tafsir Faid al Rahman 'ala Kalam Malik al Dayan " karya Mbah Kyai Sholeh Darat berbahasa Jawa (Arab Pegon) sejak pertemuan pertamanya di rumah Pangeran Ario Hadiningrat Adipati Demak ,Kebetulan di rumah Adipati Demak sedang berlangsung pengajian dengan menghadirkan Ulama terkenal asal Darat ,Semarang Kyai Muhammad Sholeh bin Umar .Kartini sangat terkesan dengan pengajian yang dibawakan Ulama terkenal asal Darat Semarang yang membahas tafsir al_Qur;an

Mbah Kyai Sholeh Darat merupakan Ulama yang mempunyai jasa besar bagi perkembangan penyiaran Agama islam di wilayah pantai utara Pulau Jawa. Ulama kelahiran Desa Jumbleng Kecamatan Mayong ,Kabupaten Jepara sekitar tahun 1820 dengan nama Muhammad Shalih Dalam Kitab-kitab tulisannya dia acap menggunakan nama Syaikh Muhammad Shalih Ibn Umar al-Samarani.

Banyak muridnya yang berguru kepada beliau yang kelak kemudian hari mendirikan pondok pesantren yang cukup terkenal baik di Pulau Jawa maupun daerah lainnya seperti KH Idris (pendiri ponpes Jamsaren Solo),KH Sya'ban (ahli falak Semarang),Penghulu tafsir Anom dari Keraton Surakarta, KH Dalhar (pendiri ponpes Watucongol ,Muntilan ),dam KH Moenawir (pendiri Ponpes Krapyak Yogyakarta
KH Hasyim Asyari pendiri Nahdlatul Ulama (NU) dan KH Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah merupakan murid Ulama asal Darat Semarang yang pernah menetap di negera Singapura dengan peninggalan karya-karya Kitabnya yang berjumlah mencapai 40 Kitab baik yang sudah dicetak maupun masih ditulis tangan yang tersimpan dibeberapa sahabatnya.

Seusai pengajian di rumah pamannya itu, Kartini mendesak pamannya Adipati Demak untuk bersedia menenami dan menemui Mbah Kyai Sholeh Darat .itulah pertemuan pertama Kartini yang sangat berkesan dan ia menyampaikan keluhan kepada Mbah Kyai Sholeh Darat tentang kerinduannya memahami al-Qur'an yang dapat dimengerti oleh dirinya dan masyarakat sehingga mudah mendalami dan mempelajari Agama Islam lewat terjemahan yang sesuai dengan masyarakat sekitarnya yakni bahasa Jawa.Karena saat itu pemerintah kolonial Belanda melarang keras penerjemahan dan penafsiran al-Qur/an dengan bahasa Jawa.

Dialog antara Kartini dan Mbah Kyai Sholeh Darat sebagaimana ditulis Nyonya Fadila Sholeh, cucu Mbah Kayai Sholeh Darat:
"Kyai perkenankanlah saya menanyakan , bagaimana hukumnya apabila seorang yang berrilmu namun menyembunyikan ilmunya?"
Tertegun Kyai Sholeh Darat mendengar pertanyaan Kartini yang diajukan secara diplomatis itu
"Mengapa Raden Ajeng berkata demikian?"
Kyai Sholeh Darat balik bertanya sambil berpikir kalau saja apa yang dimaksud oleh pertanyaan Kartini pernah terlintas dalam pikirannya
"Kyai selama hidupku baru kali iniliha aku sempat mengerti makna dan arti surat pertama, dan induk al_Qur;an yang isinya begitu indah menggetarkan sanubariku. Maka bukan buatan rasa syukur hati aku kepada Allah, namun au heran tak habis habisnya, mengapa selama ini para ulama kita melarang keras penerjemahan dan penafsiran al-Qur'an dalam bahasa Jawa, Bukankah al_Qur'an itu justru kitab pimpinan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia,"

Dialog berhenti sampai di situ.Nyonya Fadihlla menulis, Mbah Kyai Sholeh Darat tak bisa berkata apa-apa kecuali subhanalloh.Kartini teah menggugah kesadaran Mbah Kyai Soleh Darat untuk melakukan pekerjaan besar;menerjemahkan al-Qur'an ke dalam bahasa Jawa.

Sepenggal dialog antara Kartini dan gurunya Mbah Kyai Sholeh Darat memberikan gambaran betapa peka dan cerdasnya putri pasangan R.M.A.A Sosroningrat dengan M.A Ngasirah yang dilahirkan pada tanggal 21 April 1879 M. MA Ngasirah merupakan putri pasangan Nyai Hajjah Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono seorang guru agama di Telukawur Jepara .

Suaminya KRM Adipati Ario Singgih Joyodiningrat sangat mendukung keinginan istrinya RA Kartini mendirikan Sekolah Wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks Kadipaten Rembang sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.

Pada tanggal 17 September 1904 dalam usia 25 tahun Sang Maha Pencipta memanggilnya kembali kepangkuan-Nya sesudah melahirkan anak pertama yang bernama RM Soesalit yang lahir pada tanggal 13 September 1904,atau empat hari setelah persalinan.Kartini di makamkan di Desa Bulu Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang.

Kegigihan Kartini memperjuangkan kaumnya dengan mendirikan Sekolah Wanita terus berkembang meski Kartini telah tiada, di bebrapa kota besar seperti Semarang pada tahun 1912 didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini,juga di kota Surabaya,Yogyakarta, malang MadiunCrebon dan kota-kota lainnya. Sekolah Kartini dikelola oleh Yayasan Kartini yang didirikan keluarga Van Deventer, sosok Politik Etis.

Presiden RI Ir Soekarno pada tanggal 2 Mei 1964 mengeluarkan Keputusan Presidenrepublik Indonesia No.108 Tahun 1964 yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian kita kenal sebagai "Hari Kartini"

Karangnangka 10 April 2018

Mulyono Harsosuwito Putra
Ketua Institut Studi Pedesaan dan Pedesaan
Sumber:
M.Marsur, Kyai Sholeh Darat, Tafsir Faid AL Rahman dan R.A Kartini Jurnal At Taqaddum,Volume 4, Nomor 1,Juli 2012
http//www.indonesiaindonesiacom/f/48510/spirit-kartini-direnungkan
Foto:Ninung Saifunah

0 comments:

Post a Comment