Artikel Terbaru

Wednesday, April 4, 2018

Gunung Slamet

Gunung Slamet merupakan gunung aktif dan terbesar di Pulau Jawa dan tertinggi kedua sesudah G Semeru,Jawa Timur. Gunung Slamet mempunyai ketinggian 3428m sedang Gunung Semeru 3676m.
Secara administratif Gunung Slamet berada di lima Kabupaten yaitu Kabupaten Banyumas, Kabupaten Brebes, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang.
Gunung Slamet yang kita kenal selama ini sesungguhnya juga dinamakan Gunung Kahyangan,Gunung Ardi Jamur Dhipa ,Gunung Gora dan Gunung Agung.

Nama Gunung Slamet tak dapat dipisahkan dari seorang penyiar agama Islam yang bernama Syeikh Maulana Maghribi .Syeikh Maulana Maghribi lebih dikenal di kawasan Banyumas dan sekitarnya dengan Syeikh Atas Angin ada pula yang menyebutnya Syeikh Natas Angin.

Syeikh Atas Angin adalah Pangeran dari Rum-Turki menantu Syeikh Jambu Karang penguasa perdikan Cahyana (Purbalingga). Sebelum menjadi menantu Syeikh Jambu Karang, Syeikh Atas Angin adu kesaktian dengan sang mertua yang saat sedang melakukan tapa brata.di perbukitan Ardi Lawet Desa Penusupan.

Syeikh Jambu Karang yang tak lain dan tak bukan putra Raja Brawijaya Mahesa Tandreman ,Raja Pajajaran 1 yang bernama R Mundingwangi dengan gelar Adipati Mendang lebih tertariki seorang pendeta keitmbang menjadi seorang Raja.Raden Mundingwangi menyerahkan tahta Kerajaan kepada adiknya R Mundingsari Pada tahun 1190 M Raden Mundingsari secara resmi dinobatkan menjadi Raja .Ia memilih pergi bertapa di Gunung Jambu Dipa atau Gunung Karang,Karesidenan Banten.Jawa Barat.

Kemudian Raden Mundingwangi pergi ke Gunung Panungkulan (Gunung Cahya ) Desa Grantung Kecamatang Karangmoncol,Purbalingga menempuh perjalanan yang cukup panjang setelah mendapat petunjuk berupa tiga cahaya yang menjulang di angkasa berada dibelahan timur,,

Gunung Slamet sebaga gunung aktif sudah beberapa kali meletus

1772: Meletus untuk pertama kalinya, tepatnya pada tanggal 11-12 Agustus.
1835: Pada September, selama dua hari, terjadi letusan abu.
1847: Gunung Slamet mengalami peningkatan aktivitas vulkanik.
1849: Pada tanggal 1 Desember, terjadi letusan abu. Kondisinya mirip letusan Gunung Slamet pada Rabu (12/3) pagi tadi, pukul 06.53.
1860: Pada 19 Maret dan 11 April, kembali terjadi letusan abu.
1875: Pada Mei, Juni, November, dan Desember, terjadi letusan ab
1885: Pada tanggal 21 – 30 Maret terjadi letusan abu.
1890: Terjadi letusan abu.
1904: Pada tanggal 14 Juli – 9 Agustus, terjadi letusan abu dan lava.
1923: Pada Juni, terjadi letusan abu dan lava.
1926: Pada November, selama satu pekan, terjadi letusan abu dan lava.
1927: Pada 27 Februari, terjadi letusan abu dan lava.
1928: Terjadi beberapa kali letusan abu dan lava, yaitu pada tanggal 20 – 29 Maret dan 8 – 12 Mei.
1929: Pada tanggal 6, 7 dan 15 Juni, terjadi letusan abu dan lava.
1930: Letusan abu dan lava kembali terjadi pada tanggal 2 – 13 April.1932: Terjadi dua kali letusan abu dan lava, namun hanya berlangsung singkat, masing-masing pada tanggal 1 Juli dan 12 September.
1934:Gunung Slamet mengalami peningkatan aktivitas vulkanik.
1939: Terjadi beberapa kali letusan abu dalam kurun waktu berbeda, masing-masing pada tanggal 20 Maret, 30 April, 6 Mei, 15 Juli, dan 4 Desember.
1940: Pada tanggal 15 – 20 Maret, serta 15 April, terjadi letusan abu.
1943: Pada 18 Maret dan berlanjut pada 1 – 10 Oktober terjadi peningkatan kegiatan, hujan abu, dan suara dentuman.
1944: Pada tanggal 5 Januari, 30 Juni, selama Juli, dan 28 – 30 Oktober terjadi peningkatan aktivitas vulkanik.
1948: Pada 14 November terjadi peningkatan aktivitas vulkanik.
1949: Kembali terjadi peningkatan aktivitas vulkanik.
1951: Pada 11 Februari, 26 Juni, 2 Juli, 24 Agustus, Oktober, dan 30 Desember, Gunung Slamet terus mengalami peningkatan aktivitas vulkanik.
1952: Terjadi peningkatan aktivitas vulkanik tepat di Tahun Baru, 1 Januari.
1953: Terjadi letusan abu dan lava beberapa kali pada bulan Juli, Agustus, dan Oktober.
1955: Letusan abu dan lava terjadi lagi pada 12 – 13 November, 6 Desember, dan 16 Desember.
1957: Pada tanggal 8 Februari, terjadi letusan abu.
1958: Pada tanggal 17 April, 4 Mei, 6 Mei, 5 September, 13 September, dan Oktober terjadi letusan abu dan lava.
1960: Terjadi letusan abu pada Desember.
1961: Letusan abu kembali terjadi pada bulan Januari, atau sebulan dari letusan sebelumnya.
1966: Terjadi letusan abu.
1969: Selama tiga bulan, yaitu Juni – Agustus, terjadi letusan abu.
1973: Pada Agustus, kawah Gunung Slamet menyemburkan lava.
1988: Pada 12 – 13 Juli terjadi letusan abu dan lava.
1989: Pada tanggal 9 – 31 Oktober terjadi peningkatan aktivitas kegempaan.
1990: Pada tanggal 20 Februari hingga 29 Maret kembali terjadi peningkatan kegempaan.
1991: Peningkatan aktivitas kegempaan terjadi pada tanggal 28 Juni hingga 9 Juli.
1992: Terjadi aktivitas kegempaan cukup lama, mulai 12 Maret hingga 4 April.
1999: Gunung Slamet mengalami erupsi kecil
2009: Terjadi erupsi kecil sepanjang Mei hingga Juni. Puncak gunung mengeluarkan lava pijar, tetapi tertutup kabut dan teramati asap putih tipis-tebal setinggi 25-1000 meter dari puncak.
2014: Pada 10 Maret 2014, sekitar pukul 21.00, status Gunung Slamet dinaikkan menjadi Waspada. Sehari kemudian, terjadi 450 kali letusan kecil. Rabu, 12 Maret 2014, pukul 06.53, Gunung Slamet mengeluarkan letusan abu hitam pekat.

Karangnangka 04 April 2018

0 comments:

Post a Comment