Artikel Terbaru

Saturday, October 8, 2016

Catatan Pertanian Kang Mul Stress Air,dan Belajar Teknik Pembuahan Dari Alam

Bibit pohon alpokat mentega ini sangat antik ,sudah lama tak kusiram .
Memang sengaja tak disiram beberapa minggu lamanya bahkan sampai daunnya menguning,hampir mati,,,,kebangeten...he he he.
Melhat pohon alpokat hampir mati lalu kuambil air ,kusiram setiap hari selama seminggu sampai 10 hari,
Kemudian tak disiram lagi ,beberapa minggu lalu disiram lagi begitu perlakuan pada tanaman alpokat yang kutanam.
Sebelum dilakuakn stress air tanaman diberi pupuk kandang terlebih dahulu,tanpa diduga ternyata ditangkainya muncul bunga.,
Ada tangan-tangan kreatif penghobis Tabulampt dengan cara satu minggu disiram,mingu berikutnya tak disiram
Kemudian disiram lagi lalu tak disiram ,begitu sterusnya ,akhirnya tabulampot itu berbunga dan berbuah.
Kata cerdik pandai pakar pertanian perlakukan atau tindakan terhadap pohon alpokat dinamakan stess air.
Teknik stress air merupakan salah satu bentuk teknik pembuahan tanpa menggunakan aplikasi kimia ZPT.disamping pencacahan batang pohon, pemangkasan ranting (prunning).
Sesungguhnya Sang Maha Pencipta telah memberi pelajaran lewat ayat-ayat Kauniyah yang terbentang luas di Alam Raya ini
Kemudian dibaca oleh manusia yang mempunyai kecerdasan alamiah mengamati pergantian musim,atau perilaku hewan,dan kejadian alam.
Musim kemarau yang biasa hadir pada bulan akhir Juni sampai September atau Oktober tanpa kita sadari adalah bentuk "Teknik Stress Air" bersifat alamiah ,dengan waktu sekitar 1-3 bulan
Tanaman buah-buah akan mengalami kerukarangan pasokan air dan karbohidrat kemudian daun-daun menjadi hijau tua dan tak lama akan muncul bunga-bunga berkembang menjadi buah.
Begitu pula ulat-ulat yang hinggap di daun alpokat,,tanpa kita sadari sedang melakukan kerja alamiah dengan merontokkan daun-daun yang ada sampai yang terlihat batang, cabang- dan ranting-rantinya nya
Kita kadang marah ,kadang kita jijik melihat ulat-ulat yang berjatuhan dari pohon alpokat,
Tanpa kita sadari betapa bodohnya kita diberi ayat kauniyah dari Sang Maha Pencipta.
Ulat-ulat itu sedang membantu kita membungakan pohon alpokat dengan perilaku ulat membersihkan daun-daun alpokat dengan cara memakannya.sama seperti pohon buah kedondong.
Jika kita berpikir jernih dan berpikir ,sungguhnya perilaku ulat ulat itu sedang mengajari dan memberi ilmu kepada manusia .
Bahwa tanaman alpokat dapat berbuah apabila terjadi pengurangan karbohidrat ,sehungga pembentukan daun baru mempercepat pembungaan dan pembuahan,
Perilaku ulat memakan daun-daun alpokat dikenal dengan teknik perompelan,salah satu cara mempercepat pembuahan tanaman.
Begitu pula Petir atau Gludug (Bledeg bhs Banyumasan) yang menghantam pohon tanaman buah seperti durian.pada mangsa ke 7 dan 9 (Januari dan Maret) .
Kita lagi-lagi sewot,marah ngedumel karena serangan listrik yang menyambar pohon kesayangannya patah pada pucuknya
Tak lama sesudah kejadian itu pohon durian kita ditanam dari biji kemudian kemudian menampakkan buganya di cabang dan ranting-rantingya.
Tak lama kemudian mulai mulai terlihat buahnya,Kita tak berpikir jernih saat petir mematahkan pucuk durian sedang membantu melakukan pemotongan (prunning) dan aplikasi booster bersifat alamiyah
Peemangkasa pucuk pohon adalah salah satu teknik pembuahan tanaman yang dilakukan oleh para petani dan penghombi tanaman.
Pemangkasan pucuk pohon bertujuan untuk mengurangi pasokan karbohidrat,dan mempercepat pembuahan
Sengatan Petir tanpa kita sadari sebenarnya tidak hanya mengajari dan memberi ilmu tentang teknik pemangkasan pohon,
Petir juga telah memberi pelajaran teknik pembuahan tanaman yang dinamakan aplikasi "Booster" bersifat alamiah.lewat sengatan listriknya yang mempengaruhi komposisi kimia pohon durian.
Kemudian oleh ahli cerdik pandai pertanian ditiru dengan menggunaan obat kimia bahan peledak bernaman Potasium Klorat .
Potasium Klorat dicampur dengan brrbagai bahan yang lain kita kinal dengan istilah Booster,sebuah aplikasi membungakan dan membuahkan tanaman di luar musim
Manusia seringkali tak berpikir jernih ,tak membaca kebesaran ayat-ayat kauniyah dari Sang Maha Pencipta,oleh karena lebih mengedepankan ego dan emosinya.
Manusia yang berpikir ,manusiayang berilmu,dan manusia yang bertqwa sesungghnya sangat dekat dengan Sang Maha Pencipta,karena telah menggerakan seluruh potensi akal pikiran,juwa,ruh dan batinnya menuju manusia Insan Kamil.
Karangnangka 25 Juli 2016
Mulyono Harsosuwito Putra
Ketua Institut Studi Pedesaan dan Kawasan.

0 comments:

Post a Comment