Banyumas sangat kaya dengan produk-produk makanan yang tersebar di seluruh desa-desa di Kabupaten Banyumas .
Beberapa makanan telah mendunia seperti Soto Sokaraj,Keripik Tempe,Gethuk Goreng,Mendoan Soto Bonjok (Banyumas),Tahu Kalisari dll
Dan masih banyak makanan khas Banyumas lainnya yang belum tergali dan tergarap secara baik meskipun sudah dikenal di masayarakat.Banyumas.
Salah satu makanan khas Banyumas yang sudah punya nama dan dikenal masyarakat Banyumas adalah makanan gorengan yang bernama "Kampel"
Kampel adalah makanan gorengan yang terbuat dari bahan dasar dages,kupat,dan sambal,dicampur dengan adonan tepung beras beserta bumbunya.kemudian di goreng.diatas wajan dengan minyak sayur.
Kampel ,ada yang memberi nama "Kupat Kampel,"sekarang hampir bisa ditemui diwarung,warung makan, penjual gorengan di desa-desa,atau tempat-tempat lainnya di wilayah Kabupaten Banyumas.
Kampel seiring dengan perubahan zaman juga mengalami perkembangan dengan kreasi-kreasi baru,ada yang menggunakan tempe,tahu menjadi bahan pengganti dages
Bahkan dibeberapa kota-kota besar daerah Jawa Barat dan Jawa Timur.nama Kampel mempunyai nama baru dan lebih keren yaitu "Hamburger Jawa "atau "Burger Jawa ."
Popularitas :Kampel " sampai saai ini tetap terjaga menjadi makanan favorit setiap pagi menjadi pengganti sarapan nasi pada waktu pagi,
Karena kampel sangat praktis dan harganya murah dapat menjadi pengisi perut menjelang berangkat sekolah atau kerja.pengganti sarapan nasi dipagi hari.
Produk makanan gorengan hasil inovasi dan kreativitas dibuat pertama kali menjelang berakhirnya dekade 70-an tepatnya tahun 1977 oleh Mbok Kawiyah ,perempuan tua asal Desa Kranggan,Kecamatan Pekuncen ,Banyumas
Mbok Kawiyah perawakannya sedang,badanya agak besar ,tingginya sedang ,sangat trengginas dan tenaga sangat kuat serta mudah bergaul serat seorang dermawan.
Pelanggan makanan gorengan Kampel Mbok Kawiyah ,sering kali diberi tambahan (imbuh) saat Kampel,juga memberi pada anak-anak kecil yang ikut orang tuanya menenmani membeli gorengan olahan Mbok Kawiyah.
Gorengan Kampel awalnya diciptakan secara tak sengaja karena sering kali ketupat yang dijajakan bersama dagangan lainnya di warung depan ruang tamu Mbok Kawiyah kadang tak habis.
Saat itu pembuatan ketupat berangsur-angsur berubah yang semula menggunakan janur kuning (daun muda) pohon kelapa berpindah dengan menggunakan plastik.
Salah satu solusi memenfaatkan kelebihan (turahan ) kupat dengan dibuat gorengan "Sembarangan" ,Karena tak lazim kupat digoreng
Entah siapa yang pertama kali mempopulerkan nama gorengan "Sembarangan" sampai hari belum diketemukan hanya tutur tinular dari satu orang ke orang lain yang kahirnya menjadi nama kondang.
Suatu hari tanpa disengaja munculah ide cemerlangnya untuk membuat makanan gorengan yang baru saat pagii hari,dengan menempel potongan kupat lalu diberi sambal dan ditempel dengan dage (dages).
Langkah selanjutnya ,Mbok Kawiyah menceleupkan dalam adonan tepung beras yang telah diberi bumbu kemudian digoreng dengan minyak sayur dalam wajan sampai matang.
Mbok Kawiyah mencicipi makanan gorengan Kampel yang telah matang ,mencicipnya terasa enak ada rasa kupat,rasa dages,pedes dan gurih sehungga sejak saat itu memberi nama makanan gorengannya dengan "Kampel"
Kampel dalam bahasa Banyumas sehari hari dapat diartikan menempel ,merekat,dengan erat antara satu benda dengan benda lainnya.
Tak salah nama Kampel kemudian perlahan-lahan mulai dikenal dikampung dan merembet dari mulut kemulut,desa kedesa apalagi pemasok Dage bahan dasar Kampel bernama Pak Data asal Dusun Durangdampit Desa Ciberung,Kecamtan Ajibarang.
Istri Kaki Kisun itu ,sejak masih muda sudah menjalani profesi menjadi pedagang makanan seperti rujak,ondol,gorengan tempe,gorengan tahu,kupat kluban,bubur,,cadil,,dll.
Rumah Mbok Kawiyah bersebelahan dengan rumah Ayanda dan Ibunda Kang Mul Rt03/01 sehingga setipa hari waktu kecil sering bermain dan membeli dagangan Mbok Kawiyah.
Mbok Kawiyah pada waktu itu sudah sangat terkenal di Desa Kranggan sebagai pedagang dan pembuat makanan gorengan diruang depan rumahnya.
Setiap pagi sehabis sholat subuh para pelanggan dan pembelinya sudah antri berderet-deret menunggu di pinggir pawon (Tungku) tempat menggoreng makanan gorengannya.
Ia dibantu anaknya yang tinggal satu rumah bernama Yu Kapini yang bersuamikan Kang Sansidi ,lelaki asal Ciberung.melayani para pembelinya yang datang kerumah setiap hari.
Yu Kapini,disamping membantu Biyungnya Mbok Kawiyah meracik bumbu,membelah ketupat ,memotong dages melayani pelanggan dan pembelinya ,juga menjadi pengganti saat Mbok Kawiyah sakit kecapaian.atau bepergian.
Tak hanya membantu Mbok Kawiyah,Yu Kapini setiap pagi membawa berbagai barang dagangan hasil olahan Mbok Kapiyah berjualan berbagai makanan,di SDN Kranggan tempat Kang Mul menuntut ilmu saat itu.
Jarak antara rumah dan SDN Kranggan sekitar 300 m melewati sungai Borangan dan pematang sawah dengan menggendong Rinjing (wadah terbuat dari anyaman bambu berbentuk ember) yang berisi beraneka makanan .
Setelah Mbok Kawiyah meninggal dunia usaha pembuatan gorengan kampel diteruskan oleh Yu Sop danYu Kapini dua anak perempuan Mbok Kawiyah sampai beberapa puluh tahun lamanya.
Di Desa Kranggan kemudian banyak pembuat gorengan "Kampel" yang cukup terkenal diantaranya Pak Wadiri ,,Yu Supri (Kranggan Wetan),,Yu Tini (Cibugang ,Kranggan Tengah) dll
Beberapa pembuat makanan gorengan "Kampel" banyak yang sudah meninggal dan memilih pensiun dengan alasan kesehatan,,umur dan faktor-faktor lainnya.
Meskipun sang pencipta gorengan "Kampel" telah tiada namun kejayaan gorangan tak pernah pudah silih berganti ada penerusnya.
Kini muncul generasi baru seperti Yu Samini ,dan Yu Mutmainah (Kranggan Kidul) meneruskan menjadi pembuat makanan gorengan Kampel makanan khas Banyumas asal Desa Kranggan
Gorengan Kampel berasal dari sebuah kampung yang terkenal dengan curah hujannya tertinggi ke 2 di Indonesia setelah Kota Bogor telah tersebar kemana-mana ,keseluruh daerah dan propinsi di Indonesia ,bukan tidak mungkin menjadi makanan gorengan nasional dan internasional
Kranggan 31 Juli 2016
Mulyono Harsosuwito Putra
Ketua Institut Studi Pedesaan dan Kawasan
Foto:Saevu Maxwell dan Aris Joneti.
0 comments:
Post a Comment