Berangkat pagi dari rumah menuju Kampus Unsoed Karangwangkal Purwokerto
serasa kembali memutar arah jarum jam saat mengikuti Landasmil (Latihan
Dasar Kemiliteran) dengan kepala plontos menggenakan atribut penuh
militer menjadi kegiatan awal Ospek.sebelum memasuki perkuliahan di
Universitas Jendral Soedirman.
Waktu begitu cepat berlalu serasa baru kemarin meninggalkan tapak-tapak sejarahnya,kembali ke LPPM Unsoed untuk mengikuti Seminar Bahasa Penginyongan menjadi ajang berkumpul dengan berbagai komponen pengguna, pemerhati, pendidikan, budayawan dll tumpah ruah di Aula LPPM Unsoed dalam rangka Harlah Majalah ANCAS ke 6 kerjasama Yayasan Carablaka dan Puslitbudpar LPPM Unsoed
Menampilkan tiga nara sumber masing Prof Dr Teguh Supriyanto.M.Hum Guru Besar Sastra UNNES Semarang ,Prof Dr Sugeng Priyadi ,M.Hum Guru Besar UMP Purwokerto dan Drs.Pardi Sratno.M Hum Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah dengan dipandu pegiat sastra Banyumas Bambang Wadoro,S.Pd bertindak sebagai moderator.
Acara Seminar diawali Sekapur Sirih Budayawan Banyumas sekaligus Pemimpin Redaksi ANCAS mengurai perjalanan media tulis yang didirkan enam tahun silam dengan sederet suka dan duka seiring visi dan misi Majalah ANCAS sebagai media berbahasa Banyumasan yang sudah terbit sebanyak 71 kali, tentu banyak kekurangan seiring merebaknya media online menjadi tantangan agar eksistensi Majalah ANCAS sebagai media cetak tetap lestari dan berjaya
Keresahan menurunnya penggunaan bahasa daerah khusunya bahasa jawa di Jawa Tengah membutuhkan perhatian seluruh komponen masyarakat Jawa Tengah untuk membangkitkan penggunaaan bahasa Jawa dengan menekankan dua solusi . yang pertama kebjakan Pemprov,Pemda, Pemkot dengan menerbitkan Perda, pergub, Surat edaran dan sejumlah peraturan yang ditetapkan oelh lembaga di bawahnya. Kedua keingnan dan kemauan Masyarakat jawa Tengah.agar menggunakan bahasa -bahasa Jawa setiap hari diseluruh Jawa Tengah baik dirumah, dikebun, dipasar, diestiap pertemuan dan kegiatan lainnya. Menurunya penggunanaan bahasa Jawa dari 15% menjadi 11 % merupakan lampu merah agar segera dilakukan berbagai pendekatan agar bahasa Jawa tidak menjadi asing kelak dikemudian hari bagi generasi muda.begitu kata Drs.Pardi Suratnokepala Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah.
Prof Dr Teguh Supiyanto,M,Hum menyoroti menurunnya penggunaan bahasa Jawa akibat pergumulan pergaulan saat menuntuk ilmu, bekerjam mernatau di kota-kota besar yang multi etnik, bahasa yang menyebabkan generasi muda menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan agar memudahkan dalam berkomunikasi setiap hari. Juga kurang perhatian orang tua menggunakan bahasa Jawa di rumah lebih memilih bahasa Indoensia sebagai bahasa komunikasi setiap hari,bahkan anak-anak sejak kecil kini mulai dikenalkan bahasa inggris, mereka lebih bangga anak anaknya pinter bahsa Inggris ketimbang bahasa daerah. Padahal sama artinya orang tua sedang menjauhkan kesadaran identitas jati diri sebagai pemilik bahasa daerah.
Dialek Banyumasan merupakan atu dialek yang berkembang dalam peradaban Jawa, ia jauh lebih tua dibandingkan dengan bahasa Jawa sehingga tidak bisa dikatakan sebagai bahasa Jawa .Oleh karena dialek Banyumasan merupakan warisan Majapahit sebagaimana dinyatakan dalam Babad-babad Banyumasa yang disebut Wirasaba (Witen Sohan) merupakan negra bagian Majapahit yang paling barat yang berbatsan dengan Pasirluhur. sungai Banjaran desebelah timur dan Kali Bodas di sebelah barat merupakan batas antara Wirasaba dan Pasirluhur.,demikian sepenggal paparan Prof,Dr Sugeng Priyanto ,M,Hum Guru Besar Sejarah Banyumas UMP Purwokerto.
Karangnangka 16 April 2016
Mulyono Harsosuwito Putra
Institut Studi Pedesaan dan Kawasan
Waktu begitu cepat berlalu serasa baru kemarin meninggalkan tapak-tapak sejarahnya,kembali ke LPPM Unsoed untuk mengikuti Seminar Bahasa Penginyongan menjadi ajang berkumpul dengan berbagai komponen pengguna, pemerhati, pendidikan, budayawan dll tumpah ruah di Aula LPPM Unsoed dalam rangka Harlah Majalah ANCAS ke 6 kerjasama Yayasan Carablaka dan Puslitbudpar LPPM Unsoed
Menampilkan tiga nara sumber masing Prof Dr Teguh Supriyanto.M.Hum Guru Besar Sastra UNNES Semarang ,Prof Dr Sugeng Priyadi ,M.Hum Guru Besar UMP Purwokerto dan Drs.Pardi Sratno.M Hum Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah dengan dipandu pegiat sastra Banyumas Bambang Wadoro,S.Pd bertindak sebagai moderator.
Acara Seminar diawali Sekapur Sirih Budayawan Banyumas sekaligus Pemimpin Redaksi ANCAS mengurai perjalanan media tulis yang didirkan enam tahun silam dengan sederet suka dan duka seiring visi dan misi Majalah ANCAS sebagai media berbahasa Banyumasan yang sudah terbit sebanyak 71 kali, tentu banyak kekurangan seiring merebaknya media online menjadi tantangan agar eksistensi Majalah ANCAS sebagai media cetak tetap lestari dan berjaya
Keresahan menurunnya penggunaan bahasa daerah khusunya bahasa jawa di Jawa Tengah membutuhkan perhatian seluruh komponen masyarakat Jawa Tengah untuk membangkitkan penggunaaan bahasa Jawa dengan menekankan dua solusi . yang pertama kebjakan Pemprov,Pemda, Pemkot dengan menerbitkan Perda, pergub, Surat edaran dan sejumlah peraturan yang ditetapkan oelh lembaga di bawahnya. Kedua keingnan dan kemauan Masyarakat jawa Tengah.agar menggunakan bahasa -bahasa Jawa setiap hari diseluruh Jawa Tengah baik dirumah, dikebun, dipasar, diestiap pertemuan dan kegiatan lainnya. Menurunya penggunanaan bahasa Jawa dari 15% menjadi 11 % merupakan lampu merah agar segera dilakukan berbagai pendekatan agar bahasa Jawa tidak menjadi asing kelak dikemudian hari bagi generasi muda.begitu kata Drs.Pardi Suratnokepala Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah.
Prof Dr Teguh Supiyanto,M,Hum menyoroti menurunnya penggunaan bahasa Jawa akibat pergumulan pergaulan saat menuntuk ilmu, bekerjam mernatau di kota-kota besar yang multi etnik, bahasa yang menyebabkan generasi muda menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan agar memudahkan dalam berkomunikasi setiap hari. Juga kurang perhatian orang tua menggunakan bahasa Jawa di rumah lebih memilih bahasa Indoensia sebagai bahasa komunikasi setiap hari,bahkan anak-anak sejak kecil kini mulai dikenalkan bahasa inggris, mereka lebih bangga anak anaknya pinter bahsa Inggris ketimbang bahasa daerah. Padahal sama artinya orang tua sedang menjauhkan kesadaran identitas jati diri sebagai pemilik bahasa daerah.
Dialek Banyumasan merupakan atu dialek yang berkembang dalam peradaban Jawa, ia jauh lebih tua dibandingkan dengan bahasa Jawa sehingga tidak bisa dikatakan sebagai bahasa Jawa .Oleh karena dialek Banyumasan merupakan warisan Majapahit sebagaimana dinyatakan dalam Babad-babad Banyumasa yang disebut Wirasaba (Witen Sohan) merupakan negra bagian Majapahit yang paling barat yang berbatsan dengan Pasirluhur. sungai Banjaran desebelah timur dan Kali Bodas di sebelah barat merupakan batas antara Wirasaba dan Pasirluhur.,demikian sepenggal paparan Prof,Dr Sugeng Priyanto ,M,Hum Guru Besar Sejarah Banyumas UMP Purwokerto.
Karangnangka 16 April 2016
Mulyono Harsosuwito Putra
Institut Studi Pedesaan dan Kawasan
0 comments:
Post a Comment