Artikel Terbaru

Monday, April 16, 2018

Kolom Budaya Jawa WAYANG

Kolom Budaya Jawa
WAYANG
Wayang adalah dunia legendaris dari pertunjukkan Jawa tradisional, seperti pantulan kemilau dari alam dalam sebuah kolam. Dunia wayang adalah kembaran budaya yang memperdayakan realitas Jawa. Dunia wayang dihuni dewa-dewa, raja-raja,pangeran-pangeran yang mulia dan buruk, putri-putri cantik ,setan, raksasa,makhluk menakutkan, para guru, abdi dan para pelawak yang semuanya anggota dari keluarga budaya Jawa yang akrab yang diikat oleh ikatan-ikatan keakraban yang kuat, kecintaan dan kemmasgulan. (Holt,2000: 156)
Wayang dalam bahasa Jawa, wayang berarti "bayangan". Dalam bahasa Melayu disebut bayang-bayang: Dalam bahasa Aceh "bayeng"..Dalam bahasa Bugis, "wayang atau bayang". Dalam bahasa Bikol dikenal kata "baying" yang artinya "barang", yaitu apa yang dilihat dengan nyata.Akar dari kata wayang adalah "yang". akar kata ini bervariasi dengan "yung', "yong" antara lain terdapat dalam kata "layang terbang", "doyong miring", tidak stabil, "royong-" sellau bergerak dari satu tempat ke tempat lain, "poyang
payingan"-berjalan, "sempoyongan"-tidak tangang, dan sebgainya. Selanjutnya
diartikan sebagai " tidak stabil, tidak
pasti, tidak tenang, terbang, bergerak
kian kemari.
Jadi wayang dalam bahasa Jawa mengandung pengertian berjalan kian kemari, tidak tetap, sayup-sayup. Oleh karena itu, boneka-boneka yang digunakan dalam pertunjukkan itu berbayang ataumemberi bayang-bayang maka dinamakan wayang.Lama-kelmaan
wayang menjadi nama dari petunjukkan atau pentas bayang-bayang. jadi pengertian wayang akhirnya menyebar luas sehingga berarti "pertunjukkan pentas atau pentas dalam arti umum"(Sri Mulyono Herlambang. 1982:9)
Wayang merupakan bahasa simbol kehidupan yang bersifat rohaniah dari pada jasmaniah. Jika orang melihat pagelaran wayang, yang dilihat bukan wayangnya, melainkan masalah yang tersirat dalam lakon wayang yang dipentaskan. Hal ini sejenis dengan perumpamaan ketika orang melihat kaca rias. Orang bukan melihat tebal dan dan jenis kaca rias itu, melainkan melihat apa yang tersirat dalam kaca tersebut. Orang melihat jenis bayangan di kaca rias. Oleh karenanya, kalau orang menonton wayang, bukannya melihat wayang, melainkan melihat bayangan (lakon) dirinya sendiri. (Sri Mulyono Herlambang, 1978:18
Wayang asal usulnya dari Jawa
Berdasarkan tinjauan historis menurut Sudarsono (2000:431) pertunjukkan wayang telah ada pada masa pemerintahan Raja Balitung. Sumber sejarah yang menjadi petunjuk tentang wayah adalah "Prasasti Balitung" yang bertarikh 907 Masehi atau 829 Saka.yang mewartakan pada saat itu telah dikenal adanya pertunjukkan wayang,yaitu adanya "Mawayang dan Bimmaya Kumara"
Para sejarawan dan budayawan sering beragumentasi tentang asal usul pertunjukkan wayang,diantaranya Pischel dalam tulisannya ; "Das Atlindische Schattenspiel " mencoba melacak pertunjukkan wayang di India, sedangkan George Jacob dalam sebuah artikelnya " Das Chinesische Schattentheater" menjelaskantetntang tradisi wayang di Mongolia. W.H Rassers. seorang sarjana Belanda berargumentasi bahwa perunjukkan wayang adalah asli Jawa .Dalam bukunya "Panji, the Culture Hero" dalam bab berjudul" On the Origin of Javanese Theatre",Rassers menjelaskan bahwa pertunjukkan wayang Jawa berkembang setapak demi setapak dari sebuah inisiasi yang telah ada pada masa prasejarah. Istilah-istilah teknis dalam pertunjukkan wayang, seperti kelir, blencong, dan kecrek merupaka istilah Jawa.
Sedangkan menurut Amir Martosedono (1990:60) memang ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa wayang merupakan hasil kreasi kebudayaan Hindu. Namun setelah diadakan penelitian secara seksama, ternyata wayang adalah kreasi atau Kebudayaan Asli Orang Jawa (bangsa Indonesia)
Sementara itu G.A.J Hazeu dalam Sri Mulyono ((1982:8) berpendapat:mengupas secara ilmiah tentang pertunjukkan wayang kulit dan meneliti istilah-istilah pertunjukkan wayang kulit, yaitu:wayang, kelir, blencong, krepyak, dalang, kotak, dan cempala.Istilah-istilah tersebut hanya terdapat di pulau Jawa Jadi, bahasa Jawa Asli. Kecuali kata 'cempala' (capala, berasal dari bahasa Sansekerta). Pokok pikirannya untuk membuktikan asal wayang (kulit) harus dicari bahasa asal, darimana datangnya istilah alat-alat atau sarana pentas yang digunakan dalam pertunjukkan pertama kalinya pada zaman kuno atau semenjak pertunjukkan itu masih sangat sederhana.
Mengenai kelahiran budaya wayang,Sri Mulyono (1979:10), memperkirakan wayang sudah ada sejak "Zaman Neolithikum" yakni kira-kira 1,500 sebelum Masehi.
JENIS WAYANG
Wayang menurut S Haryanto (1988:141-142) dapat dibagi menjadi 8 jenis yang terdiri dari beberapai ragam, yaitu:
1.Wayang Beber
2.Wayang Purwa
3.Wayang Madya
4.Wayang Gedog
5,Wayang Menak
6,Wayang Babad
7.Wayang Topeng
8.Wayang Modern
Semarang 14 April 2018

0 comments:

Post a Comment