Artikel Terbaru

Saturday, April 7, 2018

Ajaran Agama Islam dalam Serat Wedhatama karya KGPAA Mangkunegaran IV

Ajaran Islam dalam Serat Wedhatama Karya Mangjkunegaran IV
Serat Wedhatama adalah karya sastra dalam bentuk tembang, sebagaimana
dinyatakan pada bagian awal buku tersebut yang berbunyi:sinawung resmining kidung,yang artinya: dihias dengan indahnya lagu (tembang).
Secara harfiah, Serat Wedhatama berasal dari kata-kata: serat yang berarti tulisan; wedha yang berarti ajaran atau ilmu pengetahuan; dan tama berasal dari kata utama yang berarti kebaikan. Jadi Serat Wedhatama berarti tulisan yang berisi tentang ajaran kebaikan atau tuntunan moral.
Serat Wedhatama adalah karya KGPAA Mangkunegara IV yang merupakan cucu Mangkunegara II dari garis ibu dan saudara sepupu Mangkunegara III. Ia menjadi penguasa Mangkunegaran (1853-1881),

Mangkunegaran adalah sebuah kadipaten (kerajaan kecil) yang didirikan oleh KGPAA Mangkunegara I atau RM Said, yang juga terkenal dengan panggilan Pangeran Sambernyawa.
Kadipaten Mangkunegaran didirikan berdasarkan Perjanjian Salatiga pada tahun 1757, dua tahun sesudah Perjanjian Giyanti yang membagi Matarammenjadi dua (palihan nagari), yaitu Surakarta Hadiningrat dan Ngayogyakarta Hadiningrat. Berdasar Perjanjian Salatiga itu wilayah kekuasaan Surakarta Hadiningrat dikurangi lagi oleh wilayah kekuasaan Mangkunegaran.

Dalam Serat Wedhatama memuat ajaran agama Islam yaitu syariat diartikan sebagai sembah raga, tarekat diartikan sebagai sembah cipta (bait pertama disebutkan sebagai sembah cipta, dan pada bait ke-11 disebutkan sebagai sembah kalbu), hakikat diartikan sebagai sembah jiwa (bait ke-16 disebutkan sebagai sembah katur mring Hyang Suksma) dan makrifat diartikan sebagai sembah rasa (Tanojo, tt:8-9).

Samengko ingsun tutur
Sembah catur supaya lumuntur
Dhihin raga, cipta, jiwa, rasa, kaki
Ing kono lamun tinemu
Tandha nugrahaning Manon

Kelak saya bertutur,
Empat macam sembah supaya dilestarikan;
Pertama; raga, cipta, jiwa, rasa, Anakku !
Di situlah akan bertemu dengan
pertanda anugrah Tuhan.

1.Sembah Raga (Syariat)
Sembah raga punika
Pakartine wong amagang laku
Susucine asarana saking warih
Kang wus lumrah limang wektu
Wantu wataking weweton

Sembah raga adalah
Perbuatan orang yang lagi magang “olah batin”
Menyucikan diri dengan sarana air,
Yang sudah lumrah misalnya lima waktu
Sebagai rasa menghormat waktu
.
Inguni uni durung
Sinarawung wulang kang sinerung
Lagi iki bangsa kas ngetokken anggit
Mintokken kawignyanipun
Sarengate elok elok
Zaman dahulu belum
pernah dikenal ajaran yang penuh tabir,
Baru kali ini ada orang menunjukkan hasil rekaan,
memamerkan kebisaannya
amalannya aneh aneh
.
Thithik kaya santri Dul
Gajeg kaya santri brai kidul
Saurute Pacitan pinggir pasisir
Ewon wong kang padha nggugu
Anggere padha nyalemong
Kadang seperti santri “Dul”(gundul)
Bila tak salah, seperti santri wilayah selatan
Sepanjang Pacitan tepi pantai
Ribuan orang yang percaya.
Asal-asalan dalam berucap
.
Kasusu arsa weruh
Cahyaning Hyang kinira yen karuh
Ngarep arep urub arsa den kurebi
Tan wruh kang mangkono iku
Akale kaliru enggon
Keburu ingin tahu,
cahaya Tuhan dikira dapat ditemukan,
Menanti-nanti besar keinginan (mendapatkan anugrah) namun gelap mata
Orang tidak paham yang demikian itu
Nalarnya sudah salah kaprah
.
Yen ta jaman rumuhun
Tata titi tumrah tumaruntun
Bangsa srengat tan winor lan laku batin
Dadi nora gawe bingung
Kang padha nembah Hyang Manon
Bila zaman dahulu,
Tertib teratur runtut harmonis
sariat tidak dicampur aduk dengan olah batin,
jadi tidak membuat bingung
bagi yang menyembah Tuhan
.
Lire sarengat iku
Kena uga ingaran laku
Dhingin ajeg kapindone ataberi
Pakolehe putraningsun
Nyenyeger badan mrih kaot
Sesungguhnya sariat itu
dapat disebut olah,
yang pertama ajeg yang kedua tekun
hasil sariat, Anakku
dapat menyegarkan badan agar lebih baik,
.
Wong seger badanipun
Otot daging kulit balung sungsum
Tumrah ing rah memarah antenging ati
Antenging ati nunungku
Angruwat ruweding batos
Kita akan menjadi segar badannya
otot, daging, kulit dan tulang sungsum
Mempengaruhi darah, membuat tenang di hati.
Ketenangan hati membantu
Membersihkan kekusutan batin
Mangkono mungguh ingsun
Ananging ta sarehne asnafun
Beda beda panduk pandhuming dumadi
Sayektine nora jumbuh
Tekad kang padha linakon
Begitulah menurut ku !
Tetapi karena orang itu berbeda-beda,
Beda pula garis nasib dari Tuhan.
Sebenarnya tidak cocok
tekad yang pada dijalankan itu
.
Nanging ta paksa tutur
Rehne tuwa tuwase mung catur
Bok lumuntur lantaraning reh utami
Sing sapa temen tinemu
Nugraha geming kaprabon
Namun terpaksa memberi nasehat
Karena sudah tua kewajibannya hanya memberi petuah.
Siapa tahu dapat lestari menjadi pedoman tingkah laku utama.
Barang siapa bersungguh-sungguh akan
mendapatkan anugrah kemuliaan dan kehormatan..


2 Sembah Kalbu/Sembah Cipta (Tarekat)
Pupuh Gambuh Bait 11-15
11
Samengko sembah kalbu,
yen lumintu uga dadi laku,
laku agung kang kagungan Narapati,
patitis tetesing kawruh,
meruhi marang kang momong.
Berikutnya, sembah kalbu itujika berkesinambungan juga menjadi olah spiritual.Olah (spiritual) tingkat tinggi yang dimiliki Raja.Tujuan ajaran ilmu ini; untuk memahami yang mengasuh diri (guru sejati/pancer)
12
Sucine tanpa banyu,
mung nyenyuda mring ersuasi kalbu,
pambukane tata, titi, ngati-ati
atetetp talaten atul,
tuladhan marang waspaos.
Bersucinya tidak menggunakan airHanya menahan nafsu di hatiDimulai dari perilaku yang tertata, teliti dan hati-hati (eling dan waspada)Teguh, sabar dan tekun,semua menjadi watak dasar,Teladan bagi sikap waspada.
13
Mring jatining pandulu,
panduk ing ndon dedalan satuhu,
lamun lugu ersuasi reh maligi,
lageane tumalawung,
wenganing alam kinaot.
Alam penglihatan yang sejati,Menggapai sasaran dengan tata cara yang benar.Biarpun sederhana tatalakunya dibutuhkan konsentrasiSampai terbiasa mendengar suara sayup-sayup dalam keheningan Itulah, terbukanya “alam lain”
14
Yen wus kambah kadyeku,
sarat sareh saniskareng laku,
kalakone saka eneng, ening, eling,
Ilanging rasa tumlawung,
kono adile Hyang Manon.
Bila telah mencapai seperti itu,Saratnya sabar segala tingkah laku.Berhasilnya dengan cara;Membangun kesadaran, mengheningkan cipta, pusatkan fikiran kepada ersua Tuhan. Dengan hilangnya rasa sayup-sayup, di situlah keadilan Tuhan terjadi. (jiwa memasuki alam gaib rahasia Tuhan)
15
Gagare ngunggar kayun,
tan kayungyun mring ayuning kayun,
bangsa anggit yen ginigit nora dadi,
Marma den awas den emut,
mring pamurunging lelakon.
Gugurnya jika menuruti kemauan jasad (nafsu)Tidak suka dengan indahnya kehendak rasa sejati, Jika merasakan keinginan yang tidak-tidak akan gagal.Maka awas dan ingat lahdengan yang membuat gagal tujuannva

III
Sembah Jiwa (Hakikat)
Pupuh Gambuh Bait 16-22
16
Samengko kang tinutur,
sembah katri kang sayekti katur,
mring Hyang Sukma sukmanen sehari-hari,
arahen dipun kecakup,
sembah ing Jiwa sutengong.
Nanti yang diajarkanSembah ketiga yang sebenarnya diperuntukkan kepada Hyang sukma (jiwa).Hayatilah dalam kehidupan sehari-hari Usahakan agar mencapai sembah jiwa ini anakku !
17
Sayekti luwih prelu,
ingaranan pepuntoning laku,
kalakuan kang tumrap bangsaning batin,
sucine lan Awas Emut, mring alame alam amot.
Sungguh lebih penting, yangdisebut sebagai ujung jalan spiritual,Tingkah laku olah batin, yakni menjaga kesucian dengan awas dan selalu ingat akan alam nan abadi kelak.
18
Ruktine ngangkah ngukut,
ngiket ngrukut triloka kakukut,
jagad agung gimulung lan jagad cilik,
Den kandel kumandel kulup,
mring kelaping alam kono.
Cara menjaganya dengan menguasai, mengambil, mengikat, merangkul erat tiga jagad yang dikuasai.Jagad besar tergulung oleh jagad kecil,Pertebal keyakinanmu anakku !Akan kilaunya alam tersebut.
19
Keleme mawa limut,
kalamatan jroning alam kanyut,
sanyatane iku kanyatan kaki,
Sajatine yen tan emut,
sayekti tan bisa awor.
Tenggelamnya rasa melalui suasana “remang berkabut”,Mendapat firasat dalam alam yang menghanyutkan,Sebenarnya hal itu kenyataan, anakku !Sejatinya jika tidak ingat Sungguh tak bisa “larut”
20
Pamete saka luyut,
sarwa sareh saliring panganyut,
lamun yitna kayitnan kang mitayani,
tarlen mung pribadinipun,
kang katon tinonton kono.
Jalan keluarnya dari luyut (batas antara lahir dan batin)Tetap sabar mengikuti “alam yang menghanyutkan”Asal hati-hati dan waspada yang menuntaskan tidak lain hanyalah diri pribadinya yang tampak terlihat di situ
21
Nging away salah surup,
kono ana sajatining Urub,
yeku urup pangarep uriping Budi,
sumirat sirat narawung,
kadya kartika katongton.
Tetapi jangan salah mengerti Di situ ada cahaya sejati Ialah cahaya pembimbing, ersua penghidup akal budi.Bersinar lebih terang dan cemerlang,tampak bagaikan bintang
22
Yeku wenganing kalbu,
kabukane kang wengku winengku,
wewengkone wis kawengku neng sireki,
nging sira uga kawengku, mring kang pindha kartika byor.
Yaitu membukanya pintu hati Terbukanya yang kuasa-menguasai (antara cahaya/nur dengan jiwa/roh).Cahaya itu sudah kau (roh) kuasaiTapi kau (roh) juga dikuasai oleh cahaya yang seperti bintang cemerlang.

bersambung

Karangnangka 07 April 2018
Sumber:Tanojo,R ,tanpa tahun Serat Wedhatama Surakar

0 comments:

Post a Comment