Situs Watu Kendil menjaadi saksi sejarah peradaban Desa Kranggan yang
sangat panjang sejak jaman pra sejarah sampai peradaban teknologi dan
informasi sekarang ini.
Situs Watu Kendil merupakan peninggalan berharga bagi sejarah desa Kranggan yang pernah mengalami kejayaan pada jaman dahulu kala.
Nama Kranggan berasal dari kata "Rangga" atau "Ronggo ",mendapat imbuhan kata Ka dan akhiran an . Rangga yang berarti Pujangga,Intelektual,Cendekiawan,Pendeta,Ulama,Biksu
Kranggan pada jaman dahulu kala adalah sebuah Kadipaten yang bernama Kadipaten Kranggan yang dikepalai oleh seorang Adipati dibawah kekuasaan Kerajaan Galuh Timur yang berpusat di daerah Bumiayu. .
Desa Kranggan sesuai dengan namanya adalah pusat peradaban keilmuan dari beberapa situs yang berserakan baik yang masih bisa dilihat maupun tertimbun bahkan pernah dibuang oleh orang-orang yang tak mengerti sejarah.
Situs Watu Kendil dahulu pernah dibuang oleh orang-orang yang keliru memahami sejarah dan melihat sebuah batu yeng berbentuk Kendil,alat menampung air atau memmasak air yang dibuat dari tatahan alat-alat batu pada jaman dahulu kala.
Kesalah famahaman karena kedangkalan melihat Watu Kendil sering dikonotasikan dengan hal-hal mistis dan ghaib yang menjadikan Watu Kendil menjadi bulan-bulanan warga dengan membuang,ke tempat lainnya.
Untung ada Pak Darwin warga RT03?RW01 desa Kranggan yang berhasil menyelematkan keberadaan Situs Watu Kendil dari tangan -tangan jahil kemudian diserahkan kepada sesepuh desa Watu Kendil yang kelak dikemudian hari menjadi penanda sejarah desa yang sangat berharga buat generasi yang akan datang.
Dari jaman pra sejarah,desa Kranggan menjadi tempat mencari ilmu dari berbagai daerah baik dari Jawa Timur,Jawa tengah,Jawa Barat apabila dikaji elbih mendalam peninggalan-peninggalan yang ada.
Desa Krangan merupakan salah satu desa tua yang ada di Kabupaten Banyumas bersama desa-desa lainnya seperti desa Kalisube kec Banyumas,Desa Dawuhan Wetan Kecamtan Kedungbanteng dll.
Komplek Situ Cibugang sesunguhnya menjadi jantung peradaban desa Kranggan karena disekitar Situ Cibugang Situs Watu Kendil berada tepatnya di dipjok tanah milik bpk Muhail dan dipagari bambu atau pojok sebelah selatan timur tepatnya.
Situs Watu Kendil merupakan salah satu peninggalan yang ada disamping Situs Candi Watu Karut,Situs Gunung Antang, Situs Watu Anjir, Situs Gunung Kaca.,Situs Pancuran danasari dan Makam Mbah Nursadin.
Tidak salah sekarang desa Kranggan terdapat berbagai lembaga pendidikan baik yang dikelola Yayasan Ar Ridlo yaitu MA,Ar Ridlo,Mts Ar Ridlo ,Pondok Pesantren Roudlotul 'Ilmi,MA Muhammadiyah.MI Maarif NU 01 Kranggan,MI Muhammadiyah.SD Negeri Kranggan.
Bukan tidak mungkin suatu saat akan berdiri sebuah perguruan tinggi berbentuk Institut,Akademi,Universitas yang menjadi lambang kebenaran akan sejarah itu yan sangat berkaitan erat dengan situs-situs yang ada.
Pada jaman Hindu ,Kranggan memiilki tokoh spriritual yang bernama Asta Dewa Brata yang sangat masyhur dan sangat disegani dengan derjaat ketinggian keilmuan yang sangat tinggi dan menjadi rujukan penganut agama Hindhu pada saat itu.
Pada jaman Kerajaan Pajajaran ,Kranggan menjadi tempat bersitirahatnya para petinggi dan pasukannya sebelum melanjutkan perjalanannya menuju Kerajaan Pasir Luhur,dengan peninggalan bernama Situ Cibugang.
Pada jaman Kerajaan Demak. Kranggan menjadi desa perintasan seorang pemuda gagah berani yang bernama Jaka Tingkir yang kemudian hari menjadi Raja Kerjaan Pajang dengan nama Sultan Hadiwijaya.yang terlihat dengan Situs Anjir.
Pada jaman Kerajaan Mataram,seorang panglima bernama Pangeran Trunojoyo cukup lama menepi disebuah Candi Watu Karut untuk menghindari pengejaran pasukan Belanda karena sikapnya yang tak mau bersekutu dengan penjajah.
Sunan Amangkurat atau yang dikenal dengan Sunan Tegalarum juga merasakan jasa wanita-wanita desa Kranggan yang memapahnya karena kondis fisiknya yang mulai menurun dalam perjalanan menuju Tegalarum.
Kebetulan kaum lelaki desa Kranggan saat itu sedang berada diuar desa dengan berbagai kepentngannya ada yang bekerja,berdagang,,berdakwah mengajar sehingga yang ada di desa hanyalah kaum hawa sehingga Sunan Amangkurat menamai desa saat itu Kerandan,
Pada Perang Diponegoro dengan Belanda 1825-1830 M ,pasukan Pangeran Diponegoro banyak berlindung di desa ini untuk kemudian meneruskan perjalanan berpencar ke berbagai daerah mencari tempat perlindungan dari kejaran pasukan Kumpeni Belanda.
Salah satu pasukan Pangeran Diponegoro yang tetap bertahan dan menetap di Desa Kranggan adalah Mbah Nursadin yang makamnya terletak dsamping selatan MI Ma'arif NU 01 Kranggan.sementara saudaranya pergi ke sebuah daerah lainnya
Desa Kranggan pada masa penjajahan kolonial Belanda pernah menjadi ibukota Kecamatan Pekuncen sampai jaman kemerdekaan sebelum dipindahkan ke desa Banjaranyar sampai sekarang ini.
Demikian sekelumit sejarah singkat Desa Kranggan dari masa ke masa dan masih sangat panjang jika ditulis keseluruhannya.
Sumber:Diolah dari berbagai kepustakaan,wawancara, studi lapangan dll
Kranggan 20 Juni 2016
Mulyono Harsosuwito Putra
Ketua Insitut Studi Pedesaan dan Kawasan
Situs Watu Kendil merupakan peninggalan berharga bagi sejarah desa Kranggan yang pernah mengalami kejayaan pada jaman dahulu kala.
Nama Kranggan berasal dari kata "Rangga" atau "Ronggo ",mendapat imbuhan kata Ka dan akhiran an . Rangga yang berarti Pujangga,Intelektual,Cendekiawan,Pendeta,Ulama,Biksu
Kranggan pada jaman dahulu kala adalah sebuah Kadipaten yang bernama Kadipaten Kranggan yang dikepalai oleh seorang Adipati dibawah kekuasaan Kerajaan Galuh Timur yang berpusat di daerah Bumiayu. .
Desa Kranggan sesuai dengan namanya adalah pusat peradaban keilmuan dari beberapa situs yang berserakan baik yang masih bisa dilihat maupun tertimbun bahkan pernah dibuang oleh orang-orang yang tak mengerti sejarah.
Situs Watu Kendil dahulu pernah dibuang oleh orang-orang yang keliru memahami sejarah dan melihat sebuah batu yeng berbentuk Kendil,alat menampung air atau memmasak air yang dibuat dari tatahan alat-alat batu pada jaman dahulu kala.
Kesalah famahaman karena kedangkalan melihat Watu Kendil sering dikonotasikan dengan hal-hal mistis dan ghaib yang menjadikan Watu Kendil menjadi bulan-bulanan warga dengan membuang,ke tempat lainnya.
Untung ada Pak Darwin warga RT03?RW01 desa Kranggan yang berhasil menyelematkan keberadaan Situs Watu Kendil dari tangan -tangan jahil kemudian diserahkan kepada sesepuh desa Watu Kendil yang kelak dikemudian hari menjadi penanda sejarah desa yang sangat berharga buat generasi yang akan datang.
Dari jaman pra sejarah,desa Kranggan menjadi tempat mencari ilmu dari berbagai daerah baik dari Jawa Timur,Jawa tengah,Jawa Barat apabila dikaji elbih mendalam peninggalan-peninggalan yang ada.
Desa Krangan merupakan salah satu desa tua yang ada di Kabupaten Banyumas bersama desa-desa lainnya seperti desa Kalisube kec Banyumas,Desa Dawuhan Wetan Kecamtan Kedungbanteng dll.
Komplek Situ Cibugang sesunguhnya menjadi jantung peradaban desa Kranggan karena disekitar Situ Cibugang Situs Watu Kendil berada tepatnya di dipjok tanah milik bpk Muhail dan dipagari bambu atau pojok sebelah selatan timur tepatnya.
Situs Watu Kendil merupakan salah satu peninggalan yang ada disamping Situs Candi Watu Karut,Situs Gunung Antang, Situs Watu Anjir, Situs Gunung Kaca.,Situs Pancuran danasari dan Makam Mbah Nursadin.
Tidak salah sekarang desa Kranggan terdapat berbagai lembaga pendidikan baik yang dikelola Yayasan Ar Ridlo yaitu MA,Ar Ridlo,Mts Ar Ridlo ,Pondok Pesantren Roudlotul 'Ilmi,MA Muhammadiyah.MI Maarif NU 01 Kranggan,MI Muhammadiyah.SD Negeri Kranggan.
Bukan tidak mungkin suatu saat akan berdiri sebuah perguruan tinggi berbentuk Institut,Akademi,Universitas yang menjadi lambang kebenaran akan sejarah itu yan sangat berkaitan erat dengan situs-situs yang ada.
Pada jaman Hindu ,Kranggan memiilki tokoh spriritual yang bernama Asta Dewa Brata yang sangat masyhur dan sangat disegani dengan derjaat ketinggian keilmuan yang sangat tinggi dan menjadi rujukan penganut agama Hindhu pada saat itu.
Pada jaman Kerajaan Pajajaran ,Kranggan menjadi tempat bersitirahatnya para petinggi dan pasukannya sebelum melanjutkan perjalanannya menuju Kerajaan Pasir Luhur,dengan peninggalan bernama Situ Cibugang.
Pada jaman Kerajaan Demak. Kranggan menjadi desa perintasan seorang pemuda gagah berani yang bernama Jaka Tingkir yang kemudian hari menjadi Raja Kerjaan Pajang dengan nama Sultan Hadiwijaya.yang terlihat dengan Situs Anjir.
Pada jaman Kerajaan Mataram,seorang panglima bernama Pangeran Trunojoyo cukup lama menepi disebuah Candi Watu Karut untuk menghindari pengejaran pasukan Belanda karena sikapnya yang tak mau bersekutu dengan penjajah.
Sunan Amangkurat atau yang dikenal dengan Sunan Tegalarum juga merasakan jasa wanita-wanita desa Kranggan yang memapahnya karena kondis fisiknya yang mulai menurun dalam perjalanan menuju Tegalarum.
Kebetulan kaum lelaki desa Kranggan saat itu sedang berada diuar desa dengan berbagai kepentngannya ada yang bekerja,berdagang,,berdakwah mengajar sehingga yang ada di desa hanyalah kaum hawa sehingga Sunan Amangkurat menamai desa saat itu Kerandan,
Pada Perang Diponegoro dengan Belanda 1825-1830 M ,pasukan Pangeran Diponegoro banyak berlindung di desa ini untuk kemudian meneruskan perjalanan berpencar ke berbagai daerah mencari tempat perlindungan dari kejaran pasukan Kumpeni Belanda.
Salah satu pasukan Pangeran Diponegoro yang tetap bertahan dan menetap di Desa Kranggan adalah Mbah Nursadin yang makamnya terletak dsamping selatan MI Ma'arif NU 01 Kranggan.sementara saudaranya pergi ke sebuah daerah lainnya
Desa Kranggan pada masa penjajahan kolonial Belanda pernah menjadi ibukota Kecamatan Pekuncen sampai jaman kemerdekaan sebelum dipindahkan ke desa Banjaranyar sampai sekarang ini.
Demikian sekelumit sejarah singkat Desa Kranggan dari masa ke masa dan masih sangat panjang jika ditulis keseluruhannya.
Sumber:Diolah dari berbagai kepustakaan,wawancara, studi lapangan dll
Kranggan 20 Juni 2016
Mulyono Harsosuwito Putra
Ketua Insitut Studi Pedesaan dan Kawasan
0 comments:
Post a Comment