Maksud ungkapan "Kudhi Tarung Karo Karahe" sebuah gambaran para pinisepuh Banyumas dulu memandang jaman yang akan datang akan terjadi perselisihan
Perselisihan antara saudara dengan saudara,perselisihan antara warga dengan warga ,perselisihan antara rakyat dengan pemimpin/pimpinannya ,,pimpinan dengan pimpinan ,
Karena kedua belah pihak saling mempertahankan pendapatnya masing-masing.tak mau menerima pendapat salah satu pihak yang bersengketa.
Masing-masing pihak tidak mau bermusyawarah (rembugan) terlebih dahulu karena lebih mementingkan egonya,kelompok,dan kepentingnnya
Yang dicari sebuah kemenangan, Entah salah atau benar itu urusan belakang,yang terpenting mampu melakukan perlawanan dan menunjukkan keberanianya tanpa memandang unggah-ungguh (etika) dan ambisinya tercapai.
Peristiwa perselisihan antara Bupati Banyumas R Tmg Tjakranegara II (1864-1879 M) dengan Residen C De Mooenburgh pada tahun 1878 menjadi titik awal populernya ungkapan "Kudhi Tarung Karo Karahe".
Bupati Banyumas R Tmg Cakranegara II memlih mengundurkan diri dari jabatan Bupati karena merasa kecewa dengan sikap dan kebijakan Residen Banyumas C De Mooenbugrh
Akhirnya Bupati Banyumas R Tmgi Tjakranegara II mengasingkan diri bermukim di daerah Gendayakan (sekarang wilayah Desa Pasinggangan) dan terkenal dengan sebutan Kyai Gendyakan sampai wafatnya.
Posisi Bupati Banyumas yang ditinggalkan R Tmg Tjakranegara II diisi oleh Bupati Purwokerto R Adipati Martadirdja III,Pada saat itu Banyumas dan Purwoketo masing-masing berdiri sendiri menjadi Kabupaten.
Pindahnya Bupati Purwokerto R Adipati Martadirdja III menjadi Bupati Banyumas menjadi kisah sejarah munculnya ungkapan :Kudhi Ilang Karo Karahe"
Kudhi Ilang karo Karahe mengandung arti sesuatu yang hilang pasti akan kembali pada pemiliknya.
Kudhi dilambangkan dengan Residen dan Bupati dilambang dengan Karah ,keduanya berselisih atau benceng karep .
Asal Usul Kudhi
"Kudhi Tarung Karo Karaeh" secara etimologi berasal dari bahasa Jawa Banyumasan.terdirir dari empat kata yaitu.Kudhi,tarung ,karo,dan karahe..
Masing-masing kata mempunyai arti atau makna,Antara satu kata dengan kata lainnya saing berkaitan dan tak terpisahkan.
Kudhi adalah gegaman (perkakas/senjata) khas Banyumas yang terbuat dari besi yang serbaguna (multifungsi) Sangat berbeda dengan senjata khas suku-suku lainnya
Kudhi menjadi simbol masyarakat Banyumas lewat perkakas /senjata Banyumas seperti halnya Keris(Jawa) Kujang (Sunda) ,Clurit, (Madura) Rencong (Aceh ).
Kudhi terdiri dari empat bagian yaitu khudi,garan/gagang (pegangan) ,karah (cincin),dan kethoprak
Bentuk kudhi sangat menarik dan unik karena merupakan gabungan gegaman bendho (pisau) ,arit (sabit) dan Bel (kapak) .
Gabungan tiga perkakas yang terdiri dari bendho,arit dan kapak setelah melalui proses penyepuhan oleh Empu/pandai dipadukan menjadi bentuk baru yang diberi nama "Kudhi"
Pada ujung "Kudhi" terdapat gabungan bentuk gaman dan arit,sedangkan bentuk kapak diletakan dipangkal atau ditengah disesuaikan dengan jenis kudhi,
Masing masing bagian mempunyai fungsi yang berbeda-beda,pada bagian ujung digunakan untuk memotong bagian yang lunak,seperti memotong rumput ,memotong daging,mengupas buah-buahan. dll
Sedangkan yang berbentuk setengah lingkaran /melengkung (Mblendhuk) seperti bentuk perut manusia digunkanan untuk mencacah ata memotong benda-benda yang keras seperti kayu,bambu,tulang dll
Jika kita lihat lebih seksama maka bentuk "Kudhi" mirip sebuah lafal kata Alloh, pada kudhi dengan bentuk melengkung (mblendhuk) berada ditengah ,ujungnya serta gagang dan karahnya.
Ini menjadi petunjuk bahwa kudhi asal muasalnya diciptakan pada masa penyebaran agama Islam di wilayah Banyumas yang dibawa para Auliya .
Berdasarkan sejarah penyebaran agama Islam di Banyumas dengan bukti-bukti sejarah seperti makam Syeikh Makhdum Wali yang terletak disebelah utara SMK Maarif Karanglewas.
Sehingga dapat disimpulkan Kudhi pertama kali dibuat didaerah Pasir.sekarang masuk wilayah Kecamatan Karanglewas ,Banyumas karena pasir menjadi pusat penyebaran agama Islam di Banyumas.
Pasir sejak jaman Kerajaan Pasirluhur sampai jaman sekarang terkenal dengan empu /pandai pembuat gegaman yang turun temurun menjadi pembuat alat perkakas baik pisau ,bendho,arit pacul dll.
Para empu/pandai asal Pasir mendominasi pembuatan gegaman di wilayah Banyumas seperti di kecamatan Karanglewas,Ajibarang,Cilongok,Pekuncen,Kedungbanteng dll yang masih ada silsilahnya dengan keturunan empu atau pandai asal Pasir.jaman dahulu.
Karah adalah pengikat kudhi dengan garan berbentuk berbentuk cincin terbuat dari bahan dasar besi ada pula menggunakan bahan kuningan
Bentuk karah ditengahnya terdapat lubang disesuaikan dengan tebal tipisnya kudhi untuk mengikat kudhi dengan garannya.
Lazimnya sebuah gegaman/bendho kudhi mempunyai warangka,wadah/sarung Bahan kayu yang digunakan membuat wadah biasanya dipakai kayu-kayu keras seperti kayu jati,angsana keling,nangka dll
Dua potongan papan kayu dirangkai setelah diukur disesuaikan dengan besar dan kecilnya lalu digabungkan dan dipaku,
Kudhi biasnya saat dipakai diletakan bagian belakang badan,diikat dengan tali dipinggang .Tali pengikatnya terbuat dari sayatan pohon waru yang telah direndam dalam kolam (blumbang) beberapa hari lamanya ,
Kemudian sayatan pohon waru itu diangkat dari kolam ,dibersihkan dengan air dan dijemur selama beberapa hari sampai keirng
Setelah kering satu persatu dirangakai ,biasanya tiga lilitan kemudian menjadi pengikat Karah,agar mudah dibawa kemana-mana dan tidak melukai pemiliknya atau orang lain,,
Wadah/sarung kudhi ada yang menamakan kethoprak saat dibawa akan mengeluarkan bunyi "korak-korak'
Bunyi korak-korak mengandung makna filosofis yaitu lambang kejujuran,apa adanya,keberanian dan tentunya sikap ksatria,
Jenis-jenis Kudhi
Kudhi sangat berbeda dengan senjata khas milik suku-suku lainnya karena senjata milik suku-suku lain tidak berbunyi saat dibawa,Sedangkan kudhi dengan karahnya menimbulkan bunyi karena benturan antra kudhi dengan karahnya.
Berdasarkan jeninya kudhi banyak ragamnya ada Kudhi Trancang,Kudhi Biasa ,Kudhi Melem,Kudhi Arit.
Kudhi Trancang merupakan kudhi jimat yang berfungsi sebagai senjata yang memmpunyai daya magis dan mistis,Kudhi ini biasa digunakan dan dikeluarkan saat saat-saat tertentu,tidak seperti jenis kuhi lainnya dan tidak sembarang orang memilikinya karena jumlah sangat langka.
Kudhi Biasa adalah kudhi yang digunakan untuk berbagai keperluan,Ukuran kudhi biasa panjang 40 cm dan lebarnya 12 cm
Kudhi Melem adalah kudi yang mempunyai fungsi sebagai alat pembuat bilk dan pagar dengan corak pada ujungnya berbentuk seperti ikan melem, Kudhi melem mempunyai ukuran panjang 30 cm dan lebar 10 cm.
Sedangkan kudhi arit yang biasanya digunakan untuk berbagai keperluan diantaranya nderes,mencari kayu bakar,ngarit dengan bentuk tengahnya ada bulalatan berbentuk perut dengan ukuran panjang 35 cm dan lebar 10 cm,
Karangnangkan 29 Juli 2016
Mulyono Harsosuwito Putra
Ketua Institut Studi Pedesaan dan Kawasan
Sumber:
Wawancara dengan Mbah Sukarto karangnangka
Wawancara dengan Wa Kartawea lewat inbox fb
M Khoderi,Ahmad Tohari,,Banyumas Wisata dan Budaya :Puwokerto,Metro Jaya,1991
Foto:Didi Kudi Saputra
0 comments:
Post a Comment